KPK Tangkap Bupati Ngada
7 Fakta Tentang Marianus Sae, Nomor 4 Bikin Miris
Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah mengatakan penangkapan Marianus Sae karena diduga menerima fee sejumlah proyek.
Dengan upaya sendiri, di tahun 1980 Marianus kembali melanjutkan sekolahnya di SMP PGRI Bajawa hingga tamat di tahun 1982 dan seterusnya bersekolah pada SMA Negeri Bajawa, sambil terus bekerja pada percetakan batu bata (CV Galeta).
Pada tahun 1985, meski dengan keterbatasan ekonomi, Marianus Sae melanjutkan pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Nusa Cendana.
Saat memulai kuliah, Marianus Sae mendapat 'musibah.' Ia harus menerima kenyataan, ibunya Virmina Redo berpulang, meninggalkan Marianus sebatang kara.
Sambil kuliah, beliau bekerja sebagai buruh proyek bangunan dan sebagai karyawan asuransi untuk membiayai kehidupannya selama kuliah.
Marianus bekerja sebagai pegawai Asuransi Bumi Asih Jaya, semula sebagai pencari nasabah kemudian berubah menjadi Kepala Unit.
Namun pada tahun tersebut, menjelang Semester 7, beliau memutuskan untuk menghentikan kuliah untuk mengadu nasib di Denpasar, Bali.
2. Pengusaha di Bali
Di Bali, Marianus Sae memulai bekerja selaku sales, dan kemudian bekerja sebagai karyawan kecil pada perusahaan cargo Interpec Jasa Tama Semesta yang bergerak di bidang eksport - import, sejak bulan Februari 1989.

Dikutip dari muluscenter.blogspot.co.id, pada bulan Februari 1990, Marianus Sae diangkat sebagai Kepala Cabang perusahaan cargo tersebut.
Pada bulan April 1990, beliau mengundurkan diri dari Interpec Jasa Tama Semesta dan mendirikan perusahaan sendiri; PT. Flobal Express, yang berubah namanya di bulan November 1990 menjadi PT. Mansada Dirgantara.
Kesuksesan sebagai Direktur Utama perusahaan eksport - import ini tidak membuatnya terlena dan lupa diri.
Kecintaannya atas tanah kelahirannya mendorong beliau untuk kembali dan memberikan kontribusi bagi pembangunan di Ngada melalui pengelolaan dan promosi wisata di Ngada.
Untuk itu, di tahun 1994, Marianus bersama investor asal Australia mengelola daerah wisata mata air panas Mengeruda, Soa, di bawah payung PT. Ngada Paradise yang dipimpin olehnya hingga tahun 1996.
Sayangnya, investasi ini terkendala akibat kondisi investasi daerah yang tidak kondusif berakibat pada kebangkrutan dan PT Ngada Paradise terpaksa gulung tikar.
Kegigihan Marianus untuk bekerja dan berkreasi dalam berbagai situasi terus teruji. Di tahun 1997, Marianus mengadu nasib di Kalimantan melalui program transmigrasi, di mana di tempat ini beliau membuka peternakan ayam dan karena figur kepemimpinannya, pernah terpilih sebagai kepala desa.