Bocah 12 Tahun Tewas Gantung Diri, Diduga Tak Berdaya Hadapi "Bully" Temannya di Sekolah

Bocah malang ini pertama kali ditemukan oleh sang ayah, Jefri Turangan (45) di dapur rumah mereka.

Editor: Agustinus Sape
Facebook
Natan,bocah gantung diri di Bolmong, Sulawesi Utara. 

POS-KUPANG.COM - Warga Imandi, Kecamatan Dumoga Timur, Bolaang Mongondow (Bolmong), Provinsi Sulawesi Utara, dihebohkan dengan peristiwa gantung diri.

Umumnya, gantung diri melibatkan orang dewasa dengan motif berbeda-beda. Ada yang karena himpitan ekonomi, putus asa hingga persoalan asmara.

Namun peristiwa kali ini dilakukan bocah berusia 12 tahun berinisial JT alias Natan. Siswa kelas 5 SDN 1 Imandi ini memilih mengakhiri hidupnya dengan tali rapia.

Baca: Viral! Seorang Siswi Cantik Asyik Beri Makan Seorang Gelandangan, Tuai Banyak Pujian Netizen

Bocah malang ini pertama kali ditemukan oleh sang ayah,  Jefri Turangan (45) di dapur rumah mereka, Rabu (7/2/2018) sekitar pukul 10.30 Wita.

Peristiwa ini sontak mengagetkan warga karena anak seusia Natan nyaris tak memiliki tekanan hidup.

Namun, siapa duga bocah yang sudah ditinggal pergi sang ibu sejak masih kecil ini dikabarkan menjadi korban perundungan (bully) rekan-rekannya.

Rumah Natan
Rumah Natan (Facebook)

Tak tahan dengan penindasan tersebut, Natan melakukan aksi fatal tersebut.

Fifi, panggilan akrab ayah korban, pun kaget luar biasa. Dia tak menyangka tubuh Natan yang tergantung di tali siang itu.

Padahal dia baru saja meninggalkan Natan untuk membeli roti dan susu sereal bagi sang bocah di warung.

Baca: Tampil Memukau di Mata Najwa, Begini Sosok Jokowi Menurut Presiden BEM UGM

Tangisnya pecah, dadanya sesak. Fifi yang serasa tak berdaya itu berteriak, meminta pertolongan dari warga sekitar.

Teriakannya terdengar, warga sekitar berbondong-bondong ke rumah. Fifi memeluk anaknya erat. Secepat kilat menurunkan tubuh Natan yang telah kaku itu.

Mereka sempat mengevakuasi Natan ke puskesmas, namun rupanya nyawanya telah hilang. Tangis Fifi yang lama menduda ini tak tertahannya.

Ia tak bisa berkata-kata, pada keluarga dan rekan yang menghampirinya. Fifi hanya terus menangis dan memeluk anaknya.

Sonny Sondakh, warga setemoat mengatakan, Fifi sempat memarahi anaknya ini karena tak mau ke sekolah. 

Fifi pun ke warung, membelikan Nathan roti dan minuman, untuk membujuknya. "Pas sampai di rumah, Natan sudah gantung diri," ujarnya.

Warga mengangkat jenazah Natan
Warga mengangkat jenazah Natan (Facebook)

Saat itu, tubuh Natan masih hangat.

Tubuhnya belum mengeras. Saat tiba di rumah sakit, tim medis mengatakan Nathan belum lama meninggal.

Fifi dan Natan hanya tinggal berdua di rumah itu. Nathan sejak umur satu tahun sudah ditinggalkan ibunya. Selama itu pula, Fifi mengurus sendiri anaknya itu.

Fifi kesehariannya bekerja sebagai penambal ban.

Baca: Sudah Setahun, Ahok dan Veronica Tan Tak Ada Komunikasi

Kapolsek Dumoga Timur, Iptu Nico Tulandi mengonfirmasi kejadian ini. Katanya tak ada tanda-tanda kekerasan. Polisi pun memastikan Nathan murni gantung diri.

"Dia naik di bangku dan melepas pijakannya," ujarnya.

Nathan adalah pribadi yang pendiam di sekolah. Ada dugaan ia kena bully oleh teman-temannya, sehingga tak mau lagi sekolah.

"Tadi saya koordinasi dengan kepala sekolahnya. Katanya dia di sekolah sering diejek teman-temannya. Dia meresa minder. Jadi dia diduga depresi karena di-bully teman-temannya, sehingga mengakhiri hidupnya," jelasnya.

Tanda-tanda

Bocah gantung diri di Bolmong
Bocah gantung diri di Bolmong (ISTIMEWA)

Wali kelasnya, Masye Meike Aring juga terkejut dengan kepergiannya.

Nathan tak seperti biasanya, ia ke sekolah hanya menggunakan kaos hitam dan celana merah, pada Selasa (6/1/2018). SDN 1 Imandi membolehkan siswanya pakai kaos, tapi saat akhir pekan.

"Saya lalu bertanya pada Nathan, kenapa pakai kaos. Katanya kemejanya kotor. Pada Senin sebelumnya, saya lihat dia pakai kemeja yang sudah lusuh," ujarnya.

Hari itu juga Natan tampak tak biasa. Ia terlihat murung dan banyak diam. Meski sesekali ia tampak bermain dan berkumpul dengan teman-temannya.

"Kemarin di kelas masih kumpul sama teman-temannya saat jam istirahat. Mereka kumpul di kelas," katanya.

Baca: Tanggapi Kartu Kuning Zaadit, Guru di Asmat Ini Unggah Curhatannya. Netter, Tak Perlu Koar-koar

Natan dikenal sebagai anak yang ceria, ia suka bercanda. Ia aktif di kelas. Nilai sekolahnya bagus. Kata Masye, Nathan masuk di jajaran peringkat sepuluh di kelas.

Natan pun di tahun 2018 ini baru masuk sekolah pada Senin (5/2) lalu. Genap sebulan ia tak masuk sekolah.

"Saya tanya kenapa baru masuk, katanya ada liburan bersama papanya di Manado. Saya bilang bukan main liburannya panjang sekali, padahal sudah dari Desember," katanya.

Jenazah bocah bunuh diri
Jenazah bocah bunuh diri (Istimewa)

Kepala Dinas Pendidikan Bolmong, Renti Mokoginta mengatakan ditiap sekolah sebenarnya ada pelajaran budi pekerti untuk membentuk karakter para siswa. Ini pula sebagai langkah mencegah aksi 'bullying'.

"Di kurikulum itu sudah jelas. Dan berlaku untuk semua sekolah di Bolmong bahkan Indonesia. Tiap sekolah ada pelajaran budi pekerti," ujarnya Rabu (7/2/2018) malam.

Ada pengawas sekolah dari Dinas Pendidikan yang mengontrol kinerja guru-guru. Jika memang ini tak berjalan dengan baik, Dinas Pendidikan bisa mengambil sikap.

"Kami koordinasi dengan pengawas juga guru-guru soal ini. Yang pasti kami terus berupaya mendorong sekolah-sekolah untuk benar-benar menerapkan ini," jelasnya.

Polisi Usut Dugaan Bully

Kapolres Bolmong AKBP Gani Siahaan mengatakan pihaknya sedang mengusut kasus "bullying" berakhir gantung diri yang dialami Natan.

"Dugaan sementara bunuh diri," katanya

Pihaknya sedang mengusut kasus tersebut. Jika karena "bully", polisi tak akan tinggal diam.

"Kami akan mengimbau kepada masyarakat termasuk ke sekolah-sekolah agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi," kata dia.

Dia meminta orang tua dan guru agar lebih memperhatikan dan mengawasi kondisi anak didiknya selama di sekolah. Bila perlu memberikan sanksi keras sebagai tata tertib murid di sekolah apabila terdapat bully di sekolah.

Tak beradya hadapi bully

Psikolog, Elis Ratnawati mengatakan bunuh diri yang dilakukan anak berumur 12 tahun karena korban 'bully' sudah tidak berdaya menghadapi pelaku bully.

Kurangnya dukungan psikologis bagi korban untuk mengatasi kondisi "bully" yang sedang dialami, baik dari keluarga maupun dari lingkungan, sehingga korban merasakan situasi yang kurang aman dan kurang nyaman di lingkungannya.

Korban mulai menarik diri dari lingkungan, seperti mengurung diri, tidak mau bicara dan banyak berdiam diri.

Cara mengatasi permasalahan yg dialami cenderung menghindar dan menarik diri.

Kemudian korban mulai mengalami suasana depresif, dengan situasi yang dialami perasaan gagal, tidak berguna menimbulkan ketidakberdayaan.

Baca: Begini Reaksi Pengunjung Saat Hakim Membebaskan Terdakwa Kasus Bank NTT

Satu di antara cara korban untuk menghadapi ini, yaitu dengan mengurangi perasaan 'sakit' yang dialami dengan mengakhiri hidup, agar berkurang rasa sakit yang dirasakan.

Sedangkan Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional melalui pelecehan dan penyerangan.

Orang tua sering tidak menyadari, anaknya menjadi korbanbullying di sekolah.

Bentuk yang paling umum dari bentuk penindasan/ bullying di sekolah adalah pelecehan verbal, yang bisa datang dalam bentuk ejekan, menggoda atau meledek dalam penyebutan nama.

Jika tidak diperhatikan, bentuk penyalahgunaan ini dapat meningkat menjadi teror fisik seperti menendang, meronta-ronta dan bahkan pemerkosaan.

Mengapa Anak-anak melakukan bullying biasanya pelaku memulai bullying di sekolah pada usia muda, dengan melakukan teror pada anak laki-laki dan perempuan secara emosional atau intimidasi psikologis.

Baca: Sidang Aniaya Jaksa, Majelis Hakim PN Atambua Merasa Seolah-olah Penganiayaan Direncanakan

Anak mengganggu karena berbagai alasan.

Biasanya karena mencari perhatian dari teman sebaya dan orang tua mereka, atau juga karena merasa penting dan merasa memegang kendali.

Banyak juga bullying di sekolah dipacu karena meniru tindakan orang dewasa atau program televisi.

Sedangkan cara korban menghadapi pelaku bullying, sangatlah sederhana, yaitu jangan marah apapun yang dikatakan. (*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved