VIDEO: Jual Modul, Dosen Rembuk Harga dengan Mahasiswa

Ini penjelasan dari Ketua STIE Oemathonis Kupang terkait dengan dosen jual modul untuk mahasiswa. Tonton video berikut

Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Marsel Ali

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Kampus Stie Oemathonis masih menggunakan modul dalam pembelajaran. Modul tersebut dibuat oleh dosen. Kemudian mengenai harganya dirundingkan kepada mahasiswa.

Bila terlalu mahal maka dikurangi sesuai kesepakatan bersama antara dosen dan mahasiswa.

Ketua Stie Oemathonis, Drs Antonius Ugak, M.Si, kepada wartawan, ketika ditemui di ruang kerjanya, Jumat (19/1/2017), menjelaskan, pembelian modul oleh mahasiswa tidak akan mengganggu nilainya.

Namun, logikanya, bagaimana mahasiswa bisa mengerti penjelasan tanpa modul. Karena sekarang sudah tidak ada dikte melainkan menggunakan modul.

"Tanpa modul maka susah. Contohnya begini banyak penerbit buku metode penelitian, tidak mungkin mahasiswa membeli semuanya. Maka memudahkan mahasiswa, dosen merangkum isi dari semua buku dalam bentuk modul," tuturnya.

Kata Anton, ada masyarakat yang merasa modul ini memberatkan mahasiswa. Tapi mahasiswa butuh modul. Kasus yang dilaporkan salah satu mahasiswa waktu itu terkait modul, mahasiswa lainnya di kampus sangat marah. Karena mereka membutuhkan modul untuk proses belajar.

"Soal uang dirundingkan. Dianggap sebagai lahan bisnis mungkin harga. Tapi kalau bandingkan modul dengan foto copy tidak bisa seperti itu. Karena kalau bicara produksi dosen harus beli buku, membutuhkan fasilitas lain dan juga memerlukan tenaga," tukasnya.

Anton sangat paham betul dengan keterbatasan kemampuan finansial mahasiswa. Namun, kampus juga harus memerhatikan kualitas. Sebab kemampuan mahasiswa untuk mencatat menurun.

"Bisa dibayangkan kalau tanpa modul. Beli buku tidak bisa. Pengalaman saya mahasiswa meminjam buku saya untuk di-foto copy tapi rusak buku saya," ujarnya.

Memang, kata Anton, ada dosen yang menjual di atas Rp 100.000. Mengenai harga modul, dari dosen sendiri yang berkompromi dengan mahasiswa.

Modul juga menjadi bagian dari karir dosen yang terkait dengan kenaikan pangkat. "Sekarang sudah berkembang dari modul ke buku ajar. Nanti kalau dosen tidak punya buku ajar salah juga, lalu buku ajar siapa yang tanggung. Kalau negeri ada uang, kalau kita, Jadi serba salah. Kalau saya rundingkan jual Rp 50.000 sudah tiga tahun tidak berubah harganya," katanya.

Sumber belajar satu-satunya adalah buku. Jadi modul solusinya. Mahasiswa tidak mempermasalahkan itu. (*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved