Berita Kota
VIDEO: Simak Yuk, Pesan Direktur PSKB Saat Jambore Nasional Tagana
Kiprahnya sudah diakui oleh seluruh bangsa dan negara sebagai relawan terlatih penanganan bencana.
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Rosalina Woso
Laporan Wartawan Pos Kupang.com, Yeni Rachmawati
POS-KUPANG.COM | MINAHASA -- Malam tadi peserta Jambore Nasional Tagana dan ASEAN + 3 telah menyelesaikan Apel Santiaji.
Bertindak sebagai pembina, Direktur Perlindungan Sosial dan Korban Bencana Direktorat Jenderal Perlindungan Sosial Kementrian Sosial RI, Adhy Karyono.
Apel Santiaji ditandai dengan penyerahan Pataka oleh perwakilan Tagana dan penyalaan api unggun.
Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu-lagu nasional, saling berjabat tangan sembari disisipi pemutaran mars Tagana yang dinyanyikan oleh semua yang berada di lapangan apel.
Direktur PSKB, Adhy pada arahannya menyampaikan 12 tahun lebih Tagana tumbuh, bertambah kuat, besar dan luas.
Kiprahnya sudah diakui oleh seluruh bangsa dan negara sebagai relawan terlatih penanganan bencana.
Pengakuan itu refleksi dari penerimaan masyarakat. Suara dari mitra stakeholder dan pemerhati penanggulangan bencana, termaksud teman-teman dari delegasi ASEAN.
"Betapa mereka bangga karena tidak ada satuan relawan sebesar Tagana dan sekuat tagana. Tidak ada relawan terlatih berjumlah 35 ribuan anggota ini dimenej secara nasional dan lokal. Itu menjadi kebanggaan," tuturnya.
Namun, kata Adhya, evaluasi diri harus terus dilakukan. Karena masih banyak yang harus diperbaiki dalam penanggulangan bencana bidang sosial.
Adhy berdiri atas perintah Kemensos menyampaikan hal yang strategis dan penting untuk kelangsungan ke depan dari Tagana.
Ingat sekali lagi sebagai Tagana tumbuh kembang karena berasal dari tuntutan jiwa yang penuh dengan keikhlasan dan kemanusiaan bukan karena tunuttan yang lain. Itu yang utama.
"Apakah di antara lain ada karena imbalan? Apakah karena masih ada yang mengutamakan urusan untuk bayar insentif. Percayalah jika ada motivasi tersebut itu bukan tagana relawan bencana," katanya.
Selanjutnya, Tagana berdiri di atas keberagaman dan perbedaan, terdiri dari pemuda yang berasal dari perbedaan agama, budaya, usia, latar belakang pendidikan tapi bisa bersatu.
"Karena kami memahami keberagaman dan perbedaan itu disikapi dengan saling melengkapi sebagai keluarga besar Tagana. Semua suatu tujuan dalam rangka pengurangan resiko bencana khususnya bidang sosial bencana alam. Kalau sudah bersatu makan pertahankan tidak ada lagi anggota yang merusak persatuan kita," terangnya. (*)