Inilah Catatan Menarik Tentang Katolik dan Protestan dari Katekis Keuskupan Agung Kupang

Parah. Baku marah. Pernah sampai tumpah darah. Upaya damai pernah ada. Damai sementara. Tidak lama. Baku musuh

Editor: Dion DB Putra
Ilustrasi 

Uskup Agung Albert menugaskan Pater Johann Tetzel, imam dari Ordo Dominican bertemu dengan Pater Martin Luther membahas 95 dalil. Dua Pater yang sama-sama Doktor di bidang teologi ini berdebat dan tidak ada titik temu.

Keduanya mempunyai banyak pengikut yang ikut ramai mempersoalkan 95 dalil Pater Martin Luther sebagai sanggahan atas isi kotbah Pater Johann Teztel. (Thomas Bokenkotter, A Concise History of the Catholic Church, 1979, p.224).

Inilah awal perpisahan yang berlangsung lima ratus tahun. Situasi pada waktu itu sangat kacau karena para bangsawan pun terpecah atas dua kelompok, yang membela dan melawan Pater Martin Luther. Masyarakat kecil ikut terbawa oleh dua arus besar ini. Pimpinan tertinggi Gereja Katolik di Roma, Paus Leo X mulai bertindak.

Sesudah pertemuan demi pertemuan gagal untuk meyakinkan Pater Martin Luther, Paus Leo X mengeluarkan Surat resmi, mengucilkan Pater Martin Luther dari Gereja Katolik tanggal 15 Juni 1520. Sebaliknya Pater Martin Luther menolak keputusan Paus Leo X dan membakar surat Keputusan itu pada 10 Desember 1520.

Pendapat Pater Martin Luther cepat sekali tersebar karena pada waktu itu mesin cetak yang ditemukan Johannes Gutenberg menjadi sarana ampuh menggandakan semua tulisan Pater Martin Luther.

Masyarakat luas mulai terlibat mula-mula pertikaian tentang ajaran, berubah jadi pertikaian sosial politik yang mengarah ke perebutan kuasa, wilayah dan harta kekayaan.

Cuplikan sejarah di atas terjadi lima ratus tahun lalu. Baru pada tahun 1964, tanggal 21 November, Gereja Katolik resmi mengumumkan keputusan untuk adakan upaya pemulihan kesatuan antara semua orang kristen sebagai hasil Konsili Vatikan II dengan judul Unitatis Redintegratio.

Dalam dokumen ini Gereja Katolik secara resmi mengakui perpecahan yang terjadi disebabkan oleh kesalahan tokoh-tokoh di kedua belah pihak. Akibatnya ialah ada persekutuan-persekutuan di luar Gereja Katolik. Selanjutnya dinyatakan, "Gereja katolik merangkul mereka dengan penghargaan dan cinta kasih persaudaraan".

Pemisahan wilayah antara wilayah Misi dan Zending di Nusa Tenggara Timur sebagai warisan masa penjajahan sampai sekarang masih terbawa ke dalam berbagai urusan di dalam dan di luar Gereja. Penulis masih mengalami di Kabupaten Belu pada tahun delapan puluhan, masyarakat bertikai, "tidak mau minum air protestan".

Jaringan pipa waktu itu yang dibangun satu lembaga Protestan, ditolak dengan keras oleh masyarakat yang mayoritas beragama Kristen Katolik. Berbagai urusan sosial pun sering jadi rumit, termasuk perkawinan antara pasangan berbeda Gereja, Katolik dan Protestan. Perpisahan ini sampai terbawa ke dalam urusan politik.

Lagi satu bulan, Oktober 2017, perpisahan itu akan diperingati hari ulang tahun yang kelima ratus. Katolik dan Protestan menyadari perpisahan ini. Niat baik untuk merefleksikan keadaan ini ada dan perlu diwujudnyatakan.

Untuk umat Katolik, sudah ada petunjuk resmi dokumen Konsili Vatikan II untuk menggalakkan persatuan melalui gerakan Ekumene. Pertama, diupayakan adanya pertemuan yang memupuk rasa persaudaraan kristiani.

Kedua, diadakan dialog tentang ajaran dan tradisi masing-masing dalam tuntunan para ahli dari kedua belah pihak agar terjadi pemahaman yang benar tentang latar belakang dan isi praktik keagamaan masing-masing pihak. Ketiga, diusahakan kerjasama dalam berbagai urusan kemasyarakatan demi kemajuan bersama. Keempat, diupayakan adanya pertemuan di mana umat "berkumpul sehati-sejiwa dalam doa". (Dokumen Konsili Vatikan II, Unitatis Redintegratio, art. 4).

Empat petunjuk ini perlu dilaksanakan melalui pengkajian bersama antara pimpinan dari Gereja Katolik dan Gereja-gereja Protestan. Lembaga-lembaga Pendidikan Tinggi seperti Fakultas Theologi di Universitas Kristen dan Seminari Tinggi dari Gereja Katolik diharapkan membuka jalan untuk berdialog dengan tema Ekumene.

Ormas dari Gereja Katolik dan Gereja-gereja Kristen Protestan sebaiknya mengadakan seminar-seminar bertemakan Ekumene di bawah bimbingan para ahli. Kegiatan sosial lainnya di kalangan masyarakat biasa dirancang untuk memupuk rasa persaudaraan kristiani yang memancarkan nilai-nilai luhur kasih kekristenan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved