Breaking News

Audit Manfaat Embung, Ini yang Perlu Dilakukan di NTT

Air dan hujan dikambinghitamkan ketika kelaparan mendera dan gagal tanam terjadi. Lantas, pemerintah pun

Editor: Dion DB Putra
Pos Kupang/Aris Ninu
Empat anggota DPRD Manggarai pantau pekerjaan proyek embung di Kecamatan Cibal 

Bisa saja sebagai proyek, embung-embung itu sukses dibangun. Namun dari aspek pemberdayaan, embung-embung itu gagal memberikan manfaat untuk rakyat karena memang rusak dan tidak ada airnya; atau juga karena masyarakat tidak merasa bermanfaat (penting) memaanfaatkan embung-embung tersebut untuk kebutuhan pertanian dan peternakannya karena pemahaman atau wawasan yang terbatas. Jika itu yang terjadi maka tugas pemerintah tidak saja membangun embung, tetapi menyadarkan rakyat bagaimana dan untuk apa menggunakan dan memanfaatkan embung-embung itu. Ini jauh lebih penting dari sekadar proyek.

Audit manfaat ini mengandaikan data. Mesti ada mapping data yang jelas sudah ada berapa banyak embung yang dibangun, di daerah mana saja. Lalu hingga saat ini dari jumlah tersebut, berapa banyak embung yang sudah tidak berfungsi lagi, mengapa tidak berfungsi. Berapa banyak yang masih berfungsi, dan seberapa bermanfaatnya yang masih berfungsi itu bagi rakyat.

Berkaitan dengan manfaat ini, perlu ditelusuri apakah yang berubah di kampung atau desa dengan kehadiran embung. Apakah lahan-lahan pertanian warga sudah sering ditanami? Apakah ternak warga tidak kesulitan air minum? Apakah warga tidak mesti membeli sayur-sayuran di pasar karena sudah bisa dipanen di lahan sendiri yang mudah ditanami karena pasokan air dari embung terjangkau? Apakah pendapatan ekonomi warga meningkat karena lahan-lahan mereka sudah menghasilkan tanaman-tanaman hortikultura yang kapan saja dipasarkan ke kota?

Tanggal 11 Mei 2017, dalam kegiatan reses wakil rakyat NTT, kami mengunjungi Jemaat Fatububut di desa Oeekam Kecamatan Noebeba Kabupaten TTS. Di desa ini telah dibangun embung dan dikelola oleh warga setempat yang membentuk kelompok-kelompok tani yang dikoordinir oleh Pendeta Jefry Watileo. Kebetulan memang lokasi embung itu berdekatan dengan gereja. Pendeta Jefry dan kelompok tani setempat memanfaatkan embung ini dengan sangat positif. Di sekitar area embung ditanami aneka tanaman sayur-sayuran dan hortikultura. Sudah beberapa kali dipanen dan dilempar ke pasar.

Di dalam embung dipelihara berbagai jenis ikan yang jumlahnya ratusan ekor. Dalam satu dua bulan ke depan siap dipanen. Di atas permukaan embung dibuat kandang ayam, yang menampung ratusan ekor ayam kampung.

Di beberapa sisi lokasi embung dibuat beberapa lopo kecil semacam tempat beristirahat. Air dari embung ini didistribusikan ke rumah-rumah warga. Mereka membangun bak-bak penampung. Di setiap lahan mereka tanami sayur dan berbagai tanaman lainnya dengan air yang diambil dari bak penampung itu.

Kehadiran embung di Fatububut memberikan harapan dan menghidupkan geliat ekonomi. Warga mendapatkan manfaat langsung atas kehadiran embung dimaksud. Embung Fatububut bisa menjadi model bagaimana embung bermanfaat bagi warga dan sanggup membawa perubahan bagi warga.

Tentu ini juga menjadi catatan bagi instansi terkait untuk melakukan audit manfaat embung di tempat lain. Semuanya demi tujuan kehadiran embung sebagai berkat itu benar-benar dirasakan warga, bukan sekadar sebagai proyek semata. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved