Pendidikan, Proses yang Menyenangkan
Inovasi itu menyata dalam output yang salah satunya tampak dari testimoni yang disampaikan oleh Ibu
(Apresiasi atas Inovasi Pendidikan LBI oleh Timpolmas di NTT)
Oleh: Alex Ofong
Wakil Rakyat NTT
POS KUPANG.COM -- "Saya sungguh heran ketika anak saya mendekati saya dan menyampaikan bahwa dia mau mengikuti ujian akhir, padahal dia baru duatahun mengikuti pendidikan di SMA Timpolmas. Tapi setelah saya cek ke sekolah, ternyata benar, bahwa anak saya sudah dibolehkan untuk mengikuti ujian akhir. Dan saya pun merasa bangga karena dia tidak hanya bisa ikut ujian akhir hanya dalam dua tahun, tapi lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Kendati demikian, ketika mau masuk perguruan tinggi sempat terhambat di proses masuk, karena Timpolmas belum terakreditasi. Namun, anak saya kembali menunjukkan kehebatannya, karena dia dengan berani minta dan bahkan menantang untuk dites langsung. Hasilnya, dia dinyatakan lulus murni masuk PT, di Poltekes."
Ungkapan keheranan dan kebanggaan itu, disampaikan oleh Ibu Magdalena sebagai `testimoni' dalam seminar sehari `Prospek Layanan Belajar Individual (LBI) di NTT, Kerja sama LPMP dan Yayasan Pembina Pendidikan Lewohari dan SMP-SMA Timpolmas, di Aula LPMP NTT, Jl. Soeharto 57, Kota Kupang, NTT ; 20 Mei 2017 lalu.
Seminar ini digelar sebagai media diseminasi inovasi pendidikan LBI yang selama ini diselenggarakan oleh Yayasan Lewohari dan SMP-SMA Timpolmas kepada guru-guru di Kota Kupang dan sekitarnya (diharapkan ke depan ke seluruh NTT). Untuk penguatan perspektif dan dukungan, Panitia menghadirkan beberapa nara sumber. Dr. Klemes Kolo (dosen Undana) tentang Quatun Learning, Minhajul Ngabidin, S.Pd, M.Si (kepala LPMP NTT) tentang Kebijakan Pemerintah dalam Pelaksanaan Pembelajaran, Donatus Kumaniren (ketua Yayasan Lewohari, Pengajar senior) tentang Penyelenggaraan LBI di Timpolmas, dan saya sendiri (DPRD NTT) dari aspek dukungan DPRD NTT terhadap Kebijakan Inovasi pendidikan, khususnya LBI, menuju NTT yang berkualias.
Setelah menghadiri dan terlibat dalam seminar itu, saya ingin sekali langsung menulis di rubrik ini, tetapi karena kesibukan, sekarang baru ada waktu untuk menulis. Biar sudah seminggu yang lalu, tetapi substansinya tetap baru, karena terkait dengan inovasi pendidikan.
Inovasi itu menyata dalam output yang salah satunya tampak dari testimoni yang disampaikan oleh Ibu Magdalena di atas. Ada tiga hal yang dapat dipetik dari testimoni ini. Pertama, terkait dengan waktu belajar yang hanya 2 tahun, lebih cepat setahun daripada biasanya, regular. Kedua, terkait dengan prestasi yang torehkan melalui nilai yang memuaskan. Ketiga, kepercayaan diri dan keberaniannya untuk diuji langsung; mental kompetitif yang membanggakan; gambaran karakter diri yang kuat.
***
MENURUT penyelenggaranya, SMP/SMA Timpolmas, prestasi tersebut dapat diukir melalui inovasi Layanan Belajar Individual (LBI), sebuah layanan atau bimbingan belajar dengan pendekatan baru berbasis individual, dengan penekanan pada proses, bukan hasil; yaitu proses yang nyaman dan menyenangkan.
Bahwa hasil yang dikagumi dan dibanggakan sebagaimana testimoni di atas, dan juga dialami para peserta didik dan para lulusan di SMP/SMA Timpolmas adalah keniscayaan dari sebuah proses yang niscaya baik -mengagumkan dan membanggakan.
Tanpa proses yang dipastikan baik, tidak mungkin ada hasil yang baik. Dan proses ini ditata secara tersistem; diatur dalam sistem yang benar, terarah dan terukur. Sistematisasi proses inilah yang umumnya disebut sebagai kurikulum. Timpolmas mengukir kurikulum yang unik, dengan pengayaan materi yang juga kreatif dan inovatif.
Melalui sIstem Layanan Belajar Individual (LBI), peserta didik dibimbing untuk berpikir, bukan menghafal rumus dan cara kerja soal, yang difokuskan pada ikhtiar menggunakan pengetahuan 1) untuk bernalar; 2) untuk memecahkan masalah; 3) dalam kehidupan sehari-hari; 4) untuk berpikir bebas.
Karena pendekatannya yang individual, maka proses bimbingan dan layanan belajar ini pun berdasarkan `apa adanya' peserta didik; berbasiskan kemampuan masing-masing mereka; sehingga berbeda antarpeserta didik.
Penekanan pada proses dalam pembelajaran ini, sejatinya, merupakan penghayatan dari hakikat pendidikan, kalau ditelisik dari akar kata pembentukannya. Pendidikan (edukasi, education) berasal dari kata bahasa Latin ex ducere (ex: keluar; ducere: menarik = menarik keluar) menjadi educare, educatio. Dengan demikian pendidikan (educatio, education, edukasi) dapat diartikan sebagai proses menarik keluar segala potensi yang ada dan dimiliki peserta didik oleh peserta didik sendiri dengan bantuan pendidik, guru.
Proses menarik keluar inilah yang perlu digarisbawahi sebagai proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif. Bahwa manusia sebagai subjek pendidikan, dan dengan demikian peserta didik sebagai manusia, pada dasarnya memiliki potensi (kemampuan) luar biasa melampaui yang ia pikirkan. Namun, potensi itu belum tergali; butuh proses untuk menggali dan menarik keluar.
Sistem LBI ini mendapat apresiasi dari semua peserta seminar yang hadir. Dr. Klemen Kolo memperkaya proses ini dengan teori quantum learning, yang memandang pendidikan sebagai proses belajar berbasis pembelajaran aktif, yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat secara cepat, dalam lingkungan yang menyenangkan penuh sugesti, sehingga dapat merangsang daya kerja otak secara maksimal.
Dalam proses pembelajaran, komponen utama -lingkungan belajar/sekolah, guru/pendidik, peserta didik/murid -harus kondusif, nyaman dan menyenangkan. Lingkungan belajar yang nyaman, metoda dan cara mengajar yang menyenangkan, membuat peserta didik mengikuti dan terlibat belajar dengan senang, dengan pelibatan semua kemampuan, terutama emosinya.
Dalam setiap kali proses, hal yang disampaikan sedapat mungkin merupakan hal baru; harus bersifat menantang; tapi tidak mengancam; dan yang terpenting harus merangsang emosi. Dengan demikian, otak dirangsang dengan keingintahuan yang tinggi; imajinasi ditumbuhkan dan bekerja.
Karena itu, selain lingkungan sekolah yang memang harus nyaman dan menyenangkan, peranan guru, menjadi sangat penting, kendati pun subjek utama tetap pada peserta didik. Sayangnya, berdasarkan hasil riset sebagaimana disampaikan oleh kepala LPMP NTT, Minhajul Ngabidin, S.Pd, M.Si, masih banyak guru yang malas belajar, tidak kreatif, tidak mengupdate pengetahuan dan keterampilan, alergi terhadap kompetisi, tidak mau mengejar prestasi.
Kita tentu tidak menafikan kondisi guru-guru yang memprihatinkan karena kesejahteraannya masih jauh dari harapan, masih belum layak dan sepantasnya. Namun, kalau kita mengharapkan proses belajar yang kreatif-inovatif dan menyenangkan, maka niscaya dibutuhkan juga guru cerdas, yang memiliki pengetahuan yang mendalam, berkinerja prefesional, dan memiliki keterampilan yang mumpuni -terkait dengan bidang ajarnya, serta hal-hal umum lainnya.
Kita mengharapkan kehadiran gura sebagai pencipta suasana belajar yang kreatif-inovatif dan menyenangkan, bukan sebaliknya menjadi momok proses (baca Feliks Tans, PK 29/05, hlm.4)
***
Kalau kita memandang pembangunan sumber daya manusia (SDM) penting dalam menggeliatkan proses pembangunan, maka pendidikan harus menjadi prioritas dengan perhatian yang prioritas pula. Karena SDM yang berkualitas yang diproduksi dari proses pendidikan yang baik, diyakini juga dapat menggaransi upaya pengentasan kemiskinan -yang saat ini masih menjadi persoalan NTT.
Untuk hal ini, kita menyitir Amartya Sen, pemenang hadiah nobel dalam bidang ekonomi: `poverty is not just a lack of money; it's not having the capability to realise one's full potensial as human being'. Bahwa kemiskinan bukan soal kekurangan uang, tetapi pada ketiadaan kapabilitas manusia untuk merealisasikan seluruh potensi yang ada padanya.
Dalam bingkai inilah, dukungan terhadap inovasi pendidikan untuk memastikan lahirnya generasi masa depan dengan SDM yang kreatif, inovatif, serta berkarakter dan berdaya saing, perlu didorong untuk bertumbuh dan didukung. LBI yang digagas dan dikreasi serta diselenggarakan oleh Timpolmas, yang sudah menunjukkan buktinya, bahkan jauh sebelumnya menjadi pembimbing tim pemenang Olimpiade pendidikan mewakili NTT, perlu didukung.
Pemerintah provinsi NTT perlu melihat ini. Kendati dalam seminar barusan, Pemprov NTT dalam hal ini Dinas Pendidikan berhalangan hadir, tetapi kehadiran Karo Kesra mewakiki gubernur membuka kegiatan seminar, menunjukkan perhatian dan kepedulian pemerintah provinsi dalam mendukung inovasi pendidikan, secara khusus inovasi LBI Timpolmas ini.
DPRD NTT tentu siap bersinergi dengan Pemprov NTT. Saat mewakili lembaga DPRD, garansi itu saya sampaikan, dengan komitmen untuk sama-sama Pemprov NTT sesuai dengan tugas dan fungsi DPRD.
Terkait fungsi pembentukan Peraturan Daerah, DPRD bersama Pemprov NTT dalam kolaborasi dengan Timpolmas dan stakeholders pendidikan, dapat merancang Peraturan Daerah atau sekurang-kurangnya Peraturan Gubernur untuk memberi bingkai regulasi, sehingga memiliki dasar legal dan kekuatan mandatori implementasinya dan terpenting andasan untuk pembiayaan, yang akan didorong melalui fungsi anggaran DPRD.
Semoga gayung bersambut untuk melahirkan pembelajaran yang invovatif, dalam terang pendidikan seabagai proses yang nyaman dan menyenangkan. Teringat Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan kita, ketika mendirikan sekolah dengan konsep `Taman Siswa'. Ini, tidak lain memberi pesan dan kesan, sekolah sebagai tempat belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik. Anak-anak kita akan bertumbuh dan berkarakter serta menjadi generasi penerus bangsa dalam proses pendidikan yang nyaman dan menyenangkan ini.*
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/siswa-belajar_20160915_194508.jpg)