Indonesia dalam Sejarah: Merangkul Uni Soviet demi Mengakhiri Kekuasaan Belanda di Tanah Papua
Dengan memakan waktu cukup lama, Indonesia berupaya keras untuk dapat merangkul negeri beruang merah, Uni Sovyet (sekarang Rusia) demi memangku ‘Tanah
Pada 18 November 1957 dilangsungkan rapat umum untuk membahas masalah pembebasan Irian Barat.
Sebagai langkah awal konfrontasi, pada 5 Desember 1957 seluruh film berbahasa Belanda dilarang tayang di Indonesia. Tak hanya itu, pesawat-pesawat Belanda juga dilarang terbang dan mendarat di seluruh wilayah Indonesia.
Di tahun berikutnya, pada 19 Februari dibentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat. di akhir tahun ini, tepatnya pada 5 Desember 1958 dilakukan penghentian terhadap seluruh kegiatan Kosuler Belanda di Indonesia.
Selama periode 1958 hingga 1959 dilakukan nasionalisasi sekitar 700 perusahaan Belanda di Indonesia. Pada 17 Agustus 1960 Indonesia melakukan pemutusan hunungan diplomatik dengan Belanda.
Pada Desember 1960, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Abdul Harris Nasution mengirimkan misi ke Uni Sovyet untuk mengakuisisi persenjataan dan perlengkapan perang lainnya.
Sebagai dukungan nyata, Moskow pun mengirimkan berbagai persenjataan kepada militer Indonesia.
Mulai tahun 1950-an hingga akhir masa kepemimpinan Sukarno pada 1966, seperti disebutkan RBTH Indonesia, Uni Sovyet tercatat memasok satu kapal penjelajah, 14 kapal perusak, delapan kapal patroli antikapal selam, 20 kapal rudal serta beberapa kapal torpedo bermotor dan kapal meriam untuk Indonesia.
Tak hanya itu, Moskow juga memasok berbagai kendaraan lapis baja dan amfibi; helikopter; serta pesawat pengebom Tupolev Tu-16 yang dilengkapi dengan misil antikapal AS-1 Kennel/KS-1 Kome untuk mengantisipasi serangan kapal induk HNLMS Karel Doorman milik Belanda.
Dengan adanya dukungan persenjataan yang sangat modern pada saat itu dari Moskow, Indonesia pun memantapkan kebijakan konfrontasinya melawan Belanda pada tahun 1960.
Situasi pun semakin memanas. Serangkaian kebijakan-kebijakan Indonesia terhadap Belanda memicu ditingkatkannya kekuatan militer Belanda dengan mengirim kapal induk HNLMS Karel Doorman ke perairan Irian Barat.
Pada sidang Majelis Umum PBB tahun 1961, permasalahan Irian Barat pun kembali menjadi topik pembahasan untuk ditemukan jalan keluarnya.
TRIKORA
Sebagai pengejawantahan dari Trikora, pada 11 Januari 1962 dibentuk Komando Operasi yang diberinama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makassar.
Komando yang dipimpin oleh Mayjen Soeharto ini berada langsung di bawah ABRI.
Komando tersebut merancang Operasi Militer membebaskan Irian Barat yang dikenal dengan nama Operasi Jaya Wijaya.