Betapa Indahnya Toleransi di Kampus-kampus Yogyakarta
Perbedaan yang ada di lingkungan kampus bukan menjadi penghalang untuk menimba ilmu, namun justru menjadi warna yang indah dalam bingkai toleransi.
"Kuliah kita sangat terbuka, banyak diskusi dan tukar pendapat. Dosen tidak sungkan memberikan kesempatan kepada kita (mahasiswa Kristen) untuk presentasi," ucapnya.
Indahnya perbedaan
Sementara itu, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Zuly Qodir menyampaikan, di Pascasarjana UMY, tidak hanya sfs mahasiswa muslim saja tetapi juga nonmuslim. Selain itu, ada juga mahasiswa dari daerah Papua, NTT, bahkan dari luar negeri seperti Filipina dan Thailand.
"Mereka yang mahasiswa perempuan non-Islam ya dipersilakan tidak mengenakan jilbab," tandasnya.
Bagi mahasiswa nonmuslim, imbuhnya, tidak ada paksaan untuk mengikuti ibadah sesuai agama Islam. Mereka dipersilakan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.
"Tidak ada paksaan untuk ikut acara yang berkaitan dengan keagamaan. Silakan menjalankan ibadat menurut agama yang mereka peluk," tandasnya.
Ia memandang, mahasiswa nonmuslim memilih menuntut ilmu di kampus Islam tentu atas dasar ingin mendapatkan apa yang tak bisa didapatnya di kampus lain. Begitu juga sebaliknya bagi mahasiswa muslim yang menuntut ilmu di kampus Katolik, Kristen, Hindu atau Budha.
"Itu menurut saya keunikan-keunikan yang ada di universitas. Harus diberikan kebebasan kepada setiap universitas, tidak boleh ditentang, karena itu otoritas kampus," tandasnya.
Zuly Qodir menjelaskan, kehidupan toleransi di lingkungan kampus-kampus di Yogyakarta ini justru bisa menjadi contoh untuk diterapkan di lingkungan masyarakat. (Kompas.Com)