Cahaya Terang dari Arang, Impian Warga Pedalaman Satak Kalimantan Barat
Mimpi warga Dusun Satak mendapatkan penerangan di malam hari dari lampu pijar terwujud. Dusun itu tidak lagi gelap di malam hari.
Setelah melakukan evaluasi, pada 27 Oktober 2016, Tanaka kembali menguji alat terbaru dari pengembangan yang sebelumnya.
Hasil percobaan yang kedua berhasil. Hasil pembakaran arang yang disaring menjadi gas CO berhasil menghidupkan genset dengan kapasitas daya 2,5 kilowatt yang biasanya menggunakan bahan bakar gas.
Secara umum, sistem pembangkit listrik dengan gasifikasi arang ini terdiri dari tabung gasifier yang berfungsi untuk pembakaran arang.
Ada pula pendingin, penyaring, dan genset yang terhubung melalui selang dari alat tersebut.
Gasifier terdiri dari tungku gasifikasi dengan diameter 23 sentimeter dengan ketinggian 58 sentimeter.
Pada tabung tersebut terdapat lubang angin untuk pembakaran arang yang memerlukan gas oksigen.
"Kemudian terdapat pendingin yang terdiri dari pipa enam batang pipa kecil yang menyalurkan gas dari tabung gasifier menuju tabung penyaring. Pipa kecil ini didinginkan dengan cara direndam dengan air dalam wadah khusus yang dirancang sedemikan rupa," ujar Tanaka di sela-sela pemaparan teknologi tersebut kepada masyarakat.
Dari pendingin, gas tersebut masuk ke tabung penyaring berdiameter 20 sentimeter dengan ketinggian 44 sentimeter.
Di dalam tabung ini terdapat tiga keranjang besi yang diisi dengan arang "Bincho".
Tanaka pun turun langsung memberikan pelatihan cara pengoperasian tersebut kepada masyarakat. Didampingi oleh Sudaryanto atau yang disapa Yanto dari Lembaga Dian Desa Yogyakarta, mereka melatih masyarakat yang ditunjuk dalam kelompok sebagai operator.
Pertama di dunia
Arang sebagai bahan baku sangat mudah ditemui di daerah tersebut. Dusun Satak dan beberapa kampung lain yang ada di Kecamatan Sadaniang dan Toho sudah lama memproduksi arang.
Secara khusus, Tanaka berharap metode menggunakan arang tetap digunakan masyarakat.
Inovasi penerapan teknologi gasifikasi arang ini diklaim sebagai yang pertama di dunia dan baru diujicobakan di Dusun Satak ini.
"Proyek pengembangan alat ini masih terus dikembangkan, dan apabila berhasil, ini merupakan sebuah terobosan. Karena selama ini kita mengenal dan menggunakan energi fosil dan minyak bumi sebagai sumber energi," ujar Tanaka.