Cahaya Terang dari Arang, Impian Warga Pedalaman Satak Kalimantan Barat

Mimpi warga Dusun Satak mendapatkan penerangan di malam hari dari lampu pijar terwujud. Dusun itu tidak lagi gelap di malam hari.

Editor: Rosalina Woso
KOMPAS.com/Yohanes Kurnia Irawan
Sudaryanto saat mengisi arang ke dalam tabung gasifier yang berfungsi sebagai sumber energi untuk menghidupkan mesin genset di Dusun Satak, Desa Bumbung, Kecamatan Sadaniang, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (27/10/2016) 

 POS KUPANG.COM, SADANIANG -- Mimpi warga Dusun Satak mendapatkan penerangan di malam hari dari lampu pijar terwujud. Dusun itu tidak lagi gelap di malam hari.

Dusun yang dihuni 208 kepala keluarga ini terletak di Desa Bumbung, Kecamatan Sadaniang, Kabpuaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Untuk mencapai dusun ini tidaklah mudah. Perjalanan dari ibu kota kecamatan ditempuh menggunakan sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.

Kondisi tersebut bisa lebih lama pada musim penghujan ketika jalan setapak menuju dusun tersebut menjadi licin.

Meski berjarak satu jam dari ibu kota kecamatan, dusun ini belum mendapat pasokan aliran listrik dari PLN.

Selama ini, warga sudah mendapatkan penerangan yang bersumber dari generator listrik atau genset yang dimiliki pribadi. Satu genset digunakan secara bersamaan dua hingga tiga rumah sekaligus.

Dalam satu malam, satu genset menghabiskan bahan bakar bensin rata-rata 3-5 liter. Harga bensin eceran Rp 10.000 per liter di dusun tersebut.

Sejak setahun terakhir, warga kampung Dusun Satak mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari Yayasan Dian Tama Pontianak untuk pembuatan arang melalui Pusat Pengembangan Teknologi Arang Terpadu (PPTAT).

Penerapan teknologi arang ini mulai dilakukan PPTAT sejak 1987 dengan fokus pengembangan teknologi tepat guna untuk masyarakat pedesaan melalui pengembangan teknologi arang terpadu.

Direktur Yayasan Dian Tama Herculana Ersinta mengatakan, fokus yang menjadi tujuan utama dari PPTAT adalah terciptanya sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat melalui sebuah model pengembangan kawasan dan pengorganisasian masyarakat di lingkungan pedesaan melalui terobosan teknologi arang.

"Banyak sekali manfaat dari pengembangan teknologi arang, bisa digunakan untuk pertanian organik, peternakan, hingga pembangunan masyarakat dan kelestarian hutan, serta yang terbaru adalah inovasi teknologi gasifikasi arang sebagai bahan bakar untuk sumber energi listrik," ujar Ersinta, Senin (31/10/2016).

Proses penelitian hasil pembakaran arang yang dikonversi menjadi gas karbon monoksida (CO) ini mulai dilakukan sejak dua tahun lalu.

Bekerja sama dengan lembaga Asian Peoples Exchange (Apex) dari Jepang dan Dian Desa dari Yogyakarta, mereka menciptakan teknologi pembangkit listrik dengan gasifikasi arang.

Alat ini dirancang oleh Nao Tanaka, Direktur Eksekutiv Apex yang sejak tahun 1980-an sering ke Indonesia untuk membantu masyarakat pedesaan dengan penerapan teknologi tepat guna.

Prototipe alat diujicobakan pertama kali di Dusun Satak beberapa bulan lalu. Sempat berfungsi selama satu minggu, alat tersebut kemudian mengalami kendala teknis.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved