VIDEO

VIDEO: Direktur RSUD Kupang Dominikus Minta Maaf Karena Obat Habis

MANAJEMEN Rumah Sakit Prof. Dr. WZ Johannes Kupang, meminta maaf atas kekurangan stok obat yang terjadi sejak April 2016.

Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, novemy Leo

POS-KUPANG.COM, KUPANG - MANAJEMEN Rumah Sakit Prof. Dr. WZ Johannes Kupang, meminta maaf atas kekurangan stok obat yang terjadi sejak April 2016. Kekurangan obat itu mengganggu pelayanan RS kepada masyarakat.

"Terima kasih Pos Kupang yang telah menyampaikan keluhan-keluhan dari masyarakat tentang adanya kekurangan obat di rumah sakit ini. Selaku manajemen RS, saya minta maaf kepada masyarakat," kata Direktur RSUD Kupang, drg. Dominikus Mere, Senin (3/10/2016). Hal senada disampaikan Wadir Pelayanan dan Penundang, dr. Aleta Pian, Selasa (4/10/2016).

Menurut Dokter Domi, penyebab kekurangan stok obat tersebut karena anggaran yang disiapkan tahun 2016 lebih sedikit dibandingkan tahun 2015. Tahun 2015 kebutuhan obat di RSUD sebesar Rp 13 miliar, yakni dana APBD Rp 1 miliar dan dari BLUD (rumah sakit) Rp 12 miliar.Tahun 2016, biaya pengadaan obat hanya Rp 9 miliar atau turun Rp 4 miliar. Dana Rp 9 miliar dari dana APBD Rp 2 miliar dan BLUD Rp 7 miliar.

Kondisi inilah yang menyebabkan sejak April 2016 stok obat di RSU Kupang mulai berkurang dan ada juga obat yang habis. Akibatnya, pasien BPJS harus mengeluarkan uang untuk membeli obat d di luar apotek RS Johannes.

Dengan dana terbatas itu pihak, RSU mengadakan obat dengan sistem prioritas dan ada pengurangan di beberapa item. Seperti obat-obatan untuk pasien kanker, kemoterapi, hemodialisa atau cuci darah menjadi prioritas.

"September lalu kami sudah rapat dengan Komisi V DPRD dan ada penambahan alokasi dana BLUD sebesar Rp 9 miliar dan sekarang sudah jalan. Saya tidak mau salahkan siapa-siapa. Ke depan kami lakukan pembenahan, mulai dari tahap perencanaan agar kebutuhan obat dan budget yang disiapkan sejalan," kata Domi Mere.

Domi Mere menambahkan, pihaknya mendelegasikan penanganan obat kepada Wadir Penunjang Pelayanan. Jika terjadi kekurangan obat, instalasi farmasi melapor dan ajukan permohonan pengadaan ke wadir tersebut.

"Jangan semua ditangani direktur. Setelah mereka lapor ke wadir, mereka juga SMS ke saya agar jadi kontrol dan perhatian. Saya akan marah jika obat sudah habis baru diberitahukan untuk pengadaan. Makanya, sebelum obat habis, mereka sudah harus memberitahukan untuk permohonan penambahan," tegasnya. Dokter Domi Mere meminta farmasi segera mengkaji kebutuhan obat-obatan yang harus diadakan dalam waktu dekat.

Di tempat yang sama, dr. Aletha memastikan pengecekan ketersediaan obat-obat di Instalasi Farmasi RS itu dilakukan melalui SIM Online sehingga jika ada obat yang hampir habis, pasti segera dipesan.

"Saya setiap bulan cross check ke farmasi.Paling sedikit tiap tiga bulan sekali kami pesan obat. Namun, kendala biasa terjadi pada pengiriman sehingga obatnya habis sebelum obat yang dipesan datang," kata Aletha.

Jika sudah demikian, kata Aletha, pihaknya akan membeli obat ke Indofarma atau ke RS Siloam. "Biasa kami pinjam obat (beli, red) di RS Siloam. "Pinjam" maksudnya membeli obat di RS Siloam. Memang harganya lebih mahal, namun kami tetap harus membeli agar bisa mengatasi kebutuhan obat bagi pasien BPJS di RSUD," demikian Aletha. (vel)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved