Menjulang di Tengah Keterbatasan

Saat pelatda dan dua hari sebelum acara pelepasan para kenshi ke PON, saya minta agar semua kenshi potong rambut pendek supaya rapi dan standar

Editor: Agustinus Sape
Ferry Ndoen
POS KUPANG/FERRY NDOEN KEMPO - Ketua Kontingen NTT, Andre Koreh, seusai mengalungkan medali foto bersama atlet kempo peraih emas randori 60 kg, Maria Susanti Isabella, di Sabuga, ITB, Rabu (28/9/2016). 

Oleh: Esthon Leyloh Foenay
Ketua Umum Pengprov Perkemi NTT

DI tengah berbagai kesibukan dan mengikuti dinamika serta aktivitas berita di media massa, sebagai pemerhati olahraga Provinsi NTT tercinta, saya membaca beberapa berita dan informasi yang mendebarkan hati. Terutama terkait pertandingan dan perlombaan atlet-atlet NTT yang sedang berjuang di PON XIX 2016 di Bandung-Jawa Barat.

Hari Senin, tanggal 19 September 2016, di Harian Timex, Rudy Mandaling menulis berita, "Hari pertama bertanding, Criket NTT Taklukkan Kaltim". Timex juga menulis, "Febian gagal ke final, binaraga langsung kandas". Hari Selasa 20 September 2016, berita Pos Kupang yang ditulis Ferry Ndoen langsung dari Bandung, "Di arena tinju, Weldy menang angka". Hati saya senang dan gembira.

Tetapi sebaliknya, berita Victory News yang ditulis Maria Mamulak, "Tiga karateka NTT Tumbang dan Criket NTT kalah dari Bali, NTT masih berpeluang. Pada Rabu 21 September 2016, berita RRI oleh Aloysius Tani terdengar masih sama dengan media cetak lainnya.

Dari arena tinju di Pelabuhan Ratu, petinju andalan NTT, Lucky Hari, tampil ganas menang knock out dengan petinju lawannya. Dan pada Kamis 22 September 2016, diberitakan lagi tentang kekalah cabang criket.

Hari Kamis tepat pukul 16.00 WIB di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor, Jawa Barat, pelari putri NTT, Afriana Paijo, bersaing dengan tujuh pelari lainnya di nomor lari 5.000 meter. Tapi hasil akhirnya, Afriana hanya dapat menempati posisi keempat sehingga tidak kebagian medali. Selain itu, berita yang mencemaskan hati, beberapa cabang olahraga seperti karate, tenis meja dan berkuda, kalah total. NTT nol, nol, nol.

Mengikuti dinamika informasi di hari keempat PON XIX 2016, dari media cetak dan televisi, kami cemas dan ada rasa malu juga. Pasalnya, dari 34 provinsi di Indonesia, perebutan medali didominasi Jawa Barat disusul Jawa Timur dan di klasemen terakhir adalah Provinsi Sumatera Barat dengan satu medali perunggu. Provinsi yang belum meraih medali adalah Maluku Utara dan NTT. Itulah fakta dan data perolehan medali dan prestasi yang sementara diperjuangkan.

Pada Jumat 25 September 2016, beberapa cabang olahraga dari NTT kalah. Karate, binaraga, berkuda dan tenis meja kembali ke Kupang. Berita ini makin menyedihkan seiring adanya banjir bandang yang meluluhlantakkan semua rumah dan jiwa di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sudah sedih NTT belum dapat medali, ditambah lagi ada saudara-saudara kita di Kabupaten Garut tertimpa bencana.

Pada Sabtu 24 September 2016, di tengah hujan lebat, saya bersama istri, Manager Atletik NTT, John Ottemoesoe, Sekum PASI NTT, Eduard Setty, tepat pukul 16.00 Wita, tiba di Stadion Pakansari yang megah. Kami menyaksikan lomba lari nomor 10.000 meter. Diikuti tujuh pelari nasional dan internasional, NTT diwakili oleh Oliva Sadi. Para pelari harus melewati 25 putaran di lintasan lari Stadion Pakansari.

Sejak start, pelari DKI Jakarta, Triyaningsih langsung meninggalkan enam pelari lainnya. Posisi Oliva ada di urutan ketujuh atau terakhir. Sampai pada putaran ke-12, posisi Oliva meningkat ke nomor empat. Pada putaran ke-15, meningkat ke posisi ketiga. Secara ketat, dia diapit oleh dua pelari lainnya. Hati kami berdebar-debar. Sangat yakin, Oliva Sadi yang memiliki pengalaman internasional, pasti meraih medali. Dan dengan doa dan harapan, mulai putaran 16, Oliva akhirnya menempati urutan kedua.

Walaupun usianya sudah 32 tahun, sementara pelari di depan, Tryaningsih baru berusia 25 tahun, tapi Oliva mampu memberikan persaingan ketat sehingga masuk finish di posisi kedua.

Medali perak pertama berhasil direbut Kontingen NTT. Sejarah baru dimulai. Lembaran baru PON XIX 2016 dibuka. Nama NTT mulai terpampang di media massa. Kita bangga dengan prestasi Oliva. Seusai lomba, Oliva sampaikan kepada saya, "Sampai putaran ke-15, beta stres dan frustrasi. Dong dua injak beta punya kaki. Tapi beta minta maaf sambil terus berlari."

Akhirnya hari kelima ditutup dengan satu medali perak bagi NTT. Cabang olahraga super prioritas telah meningkatkan harga diri, kehormatan dan martabat pemda dan rakyat NTT. Saat itu, tiba-tiba kami menerima informasi bahwa petinju andalan, Lucky Hari dan Charles Tungga dikabarkan kalah. Inilah romantika berolahraga.

Minggu 25 September 2016, Ketua Pengprov PASI seluruh Indonesia dijamu makan siang oleh Ketua PB PASI, Bob Hasan. Pak Bob memperkenalkan pengurus baru PB PASI seperti Letjen (Pur) Syamsudin Arif sebagai Kabid Pembinaan Luar Negeri, Letjen (Pur) Zabri sebagai Kabid Pembinaan dan Kepelatihan. Selanjutnya pada pukul 16.00 WIB, kami menyaksikan Afriana Paijo berlomba di nomor lari 1.500 meter, namun hanya menempati posisi keempat dari sembilan peserta.

Pada pukul 17.00 WIB, saya kontak Ketua Pengprov TI NTT, Viktor Lerik, SE. Dengan nada suara meyakinkan, beliau menyampaikan," Om Esthon, atlet Rocky Lay masuk final. Nomor dua dalam tangan." Dan benar apa yang diprediksi Pak Veki. Satu jam kemudian, beliau SMS, "Info, Rocky hanya dapat perak sa."

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved