Pilkada yang Menyejukkan
Jangan heran, kalau dalam rangka memenangkan pertarungan ini, ada kandidat yang tidak segan-segan menghina atau merusak citra kandidat lain.
PERHELATAN politik di tiga kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah memasuki tahapan paling menentukan, siapa yang diajukan partai politik sebagai calon kepala daerah. Berbagai spekulasi tentang partai mana menjagokan siapa akan hilang sendiri.
Sampai saat ini semua bakal calon telah atau sedang siap-siap mendaftarkan diri di KPU. Namun di balik semua itu, masing- masing kandidat mulai melakukan kampanye terbuka maupun tertutup. Jangan heran, kalau dalam rangka memenangkan pertarungan ini, ada kandidat yang tidak segan-segan menghina atau merusak citra kandidat lain.
Hal semacam itu tentu sah-sah saja. Yang penting, saat menghina kader lain harus berdasarkan data dan fakta akurat. Sebab kalau tanpa data dan fakta, maka bisa saja menjadi lain urusannya atau berhubungan dengan masalah hukum.
Politik memang banyak riak-riaknya. Masyarakat terkadang menjadi komoditas empuk bagi semua kandidat dan tim sukses. Mungkin yang paling terasa di waktu-waktu ini, orang akan mengatakan mereka adalah yang terbaik. Meskipun di balik apa yang dikatakan baik, terbersit juga hal-hal kurang baik. Kebetulan saja, hal kurang baik itu tidak sempat mengemuka.
Karena itu, kalau kita menginginkan pilkada di Indonesia menjadi lebih berkualitas, maka sebaiknya cara berpikir sektarian dihilangkan. Mulailah dengan cara pandang yang rasional. Barang siapa mampu menyumbangkan konsep yang baik dan benar sesuai dengan keadaan setempat, maka silakan memilih dia.
Kata-kata manis saat kampanye tentu bukan jaminan mutu bagi seseorang pada tingkat implementasi. Ini sebenarnya kesulitan kita selama ini. Kandidat kita cenderung pintar omong ketimbang berbuat. Apalagi konsep pembangunan yang tidak mampu dicerna oleh SKPD. Buntutnya, konsep hanya tinggal konsep, pemimpin kita tidak pernah memberikan hal yang terbaik bagi masyarakat.
Memperhatikan hal ini, para kandidat sebaiknya mulai saat ini pintar-pintarlah untuk mengatakan yang benar sesuai dengan kemampuan yang ada di daerah. Tidak benar lagi, kita membangun wilayah kita hanya dengan mengharapkan bantuan dari luar. Mulailah mencari dan mendapatkan sumber pendapatan asli daerah sendiri (PADS). Hindarilah ketergantungan yang berlebihan.*