Semoga Kursi Tidak Jadi Patah

Pendidikan yang bermutu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, tidak hanya aspek akademik, tapi juga aspek seni, olahraga, disiplin.

Penulis: Romualdus Pius | Editor: omdsmy_novemy_leo
IST
Seorang pemeran dalam teater Kursi Retak. 

Sepatutnya saat ini, saat di mana Indonesia sudah berumur cukup uzur, ibu pertiwi tak pernah boleh lagi hamil tua. Nyatanya, tidak demikian. Dia justru masih mengandung ribuan persoalan karena kita tak sadar tentang tugas dan peran masing-masing.

"Inikah yang kita namakan merdeka? Saya sangka, tidak! Merdeka berarti bebas dari segala keterbelengguan. Selagi saya masih terbelenggu dengan kursi-ku yang retak, selama itu pula, Indonesia Hebat hanya sebatas slogan tanpa arti," tandas Pater Yohan.

Dia menegaskan, Teater Kursi Retak hanya mau menyadarkan tentang kau yang sedang duduk pada sebuah kursi! Ibu Pertiwi tidak mungkin hamil tua kalau kau sadar kursi apa yang sedang kau duduki saat ini.

Kepala Sekolah SMAK Syuradikara, Pater Stef Sabon Aran, SVD mengatakan, pada malam itu Syuradikara kembali mengggelar teater musikal , Kursi Retak setelah sukses di Lapangan Perse beberapa waktu lalu.

Hal ini, lanjutnya, merupakan salah satu wujud komitmen sekolah untuk menetapkan kegiatan non akademik secara proposional dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Pater Stef menyatakan, pengembangan minat dan bakat peserta didik diperhatikan sungguh-sungguh di lembaga pendidikan ini, selain bidang akademik. Dalam proses pendidikan kedua bidang ini perlu dilaksanakan secara utuh.

Tidak boleh pincang. Artinya antara akademik dan non akademik sama-sama penting.

Pater Stef mengatakan, ketika seorang siswa dihadapkan pada dua pilihan, baik akademik maupun non akademik yang sama-sama penting, maka secara tidak langsung siswa diajarkan bagaimana mengelola waktu. Kalau pilihannya mau menjadi penyanyi lebih kuat, maka siswa tersebut harus kehilangan waktu untuk bermain handphone, facebook, bermain game dan lain-lain.

Sekolah dengan kegiatannya, demikian Pater Stef, selalu memberikan ruang bagi pengembangan prestasi non akademik peserta didik. "Ke depan kami terus mencari cara-cara lain agar kegiatan akademik dan non akademik saling menunjang dan berjalan beriringan. Karena pendidikan yang bermutu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, tidak hanya aspek akademik, tapi juga aspek lain seperti seni, olahraga, disiplin dan keterampilan," katanya.

Album Syuradikara voice dan teater, lanjut Pater Stef, merupakan sarana yang disiapkan oleh sekolah untuk siswa. Mereka manfaatkan sarana ini untuk mengekspresikan potensi dan kemampuan di bidang seni, pembinaan karakter siswa.

"Saya sungguh mengapresiasi dengan para siswa yang telah memanfaatkan sarana ini dengan baik dan mau dibentuk, meski terkadang mengalami banyak kesulitan karena kehilangan banyak waktu untuk bermain pada usia seperti mereka," kata Pater Stef.

Pementasan teater ini dihadiri Ketua DPRD Kabupaten Ende, Herman Yoseph Wadhi, dan ratusan undangan serta siswa SMK dan SMAK Syuradikara,
Pada bagian akhir para pemeran sambil memegang bendera merah putih mengatakan bahwa saat ini kondisi bangsa Indonesia diibaratkan sebagai sebuah kursi retak.

Diharapkan agar kursi yang ada hanyalah retak tidak patah sehingga dengan demikian ada waktu untuk melakukan perbaikan di segala lini kehidupan sesuai dengan peran atau kursi yang sementara diduduki, baik pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun masyarakat umum. (romualdus pius)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved