Penuturan Mahasiswi Korban Pelecehan Seksual oleh Oknum Dosen UGM
Saat itulah, tangan EH memeluk korban dari samping hingga korban merasa risih. Namun, hal itu dilakukan EH sambil terus menerangkan.
POS KUPANG.COM, SLEMAN --Seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada )Fisipol UGM) Yogyakarta tidak menyangka menjadi korban pelecehan seksual oleh dosennya berinisal EH. Selama ini, korban mengenal EH sebagai sosok pengajar yang baik, ramah, dan berkarisma.
"Di mata mahasiswa, dia itu dikenal dosen yang bagus, baik dalam ngasih pengajaran maupun bimbingan," ujar mahasiswi tersebut saat ditemui Kompas.com belum lama ini.
Ia menuturkan, peristiwa itu terjadi terjadi pada April 2015. Awalnya, korban meminta bantuan konsultasi kepada EH soal tugas presentasi kuliah. Saat itu, EH menyanggupi memberikan bantuan konsultasi.
Seusai bimbingan tugas kuliah itu, EH bercerita bahwa ia mendapatkan proyek. EH menawarkan kepada korban untuk membantunya mengerjakan proyek tersebut.
"April 2015 itu, dia (EH) menawari membantu proyeknya. Membantu me-resume penulisan jurnal dia gitu," kata dia.
Dalam proses pengerjaan proyek tersebut, EH beberapa kali mengajak korban untuk bertemu. Setiap kali bertemu, EH cenderung mengajak pada malam hari antara pukul 19.00 WIB hingga 21.30 WIB.
Suatu ketika, EH menghubungi korban untuk mengajak bertemu dan membahas proyek. EH memintanya datang ke sebuah pusat studi di UGM.
"Malam hari, memang dia sering bekerja di situ, seperti ruangan yang ada perpustakaannya," kata dia.
Pada pertemuan itu, EH menunjukkan kepada korban sebuah rak buku yang digunakan untuk mengerjakan proyek. Saat korban berdiri melihat buku, EH mendekati.
Saat itulah, tangan EH memeluk korban dari samping hingga korban merasa risih. Namun, hal itu dilakukan EH sambil terus menerangkan.
"Sambil ngejelasin, bagi dia gerakan tangannya seperti itu hal yang wajar. Kaget, takut, saya berusaha melindungi dan menahan dengan tangan," ucapnya.
Seusai kejadian itu, korban sempat bertemu dengan EH. Namun, saat bertemu itu, EH tidak meminta maaf dan seakan-akan merasa tidak bersalah telah berbuat seperti itu.
Korban pun ragu-ragu untuk mengungkit masalah itu. Ia memilih bercerita kepada sahabatnya mengenai kejadian yang dialaminya.
Mendengar cerita itu, sahabatnya menyarankan agar korban melapor. Namun, saat itu ia berpikir bahwa melapor justru akan membuat masalah itu menjadi rumit dan bisa memengaruhi kuliahnya.
Akhirnya, korban memutuskan untuk menghindar dan menolak ketika diberi proyek maupun ketika diajak bertemu dengan EH.