Plan Bagi-Bagi Air, Dinsos dan BLUD SPAM Sibuk Jual Air
Kekeringan yang berdampak pada kelaparan dan krisis air bersih rupanya belum menjadi isu seksi bagi Kabupaten Nagekeo.
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Alfred Dama
Laporan Wartawan Pos Kupang, Adiana Ahmad
POS KUPANG.COM, MBAY -- Kekeringan yang berdampak pada kelaparan dan krisis air bersih rupanya belum menjadi isu seksi bagi Kabupaten Nagekeo.
Dinas/ instansi yang diberi kewenangan untuk mengurus masalah pangan dan air bersih sampai saat ini belum mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah tersebut.
Krisis air bersih bahkan menjadi lahan bisnis bagi BLUD SPAM dan Dinas Sosial di daerah itu. Tarifnya lumayab nencekik Rp 150.000,00/ tangki.
Padahal, Plan Internasional Indonesia sebulan terakhir gencar membagi-bagi air bersih secara gratis kepada masyarakat di desa-desa yang dilanda kekeringan.
Dinas/ badan mulai saling tuding dan lempar kesalahan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Badan Pelaksana Penyuluh Pertania dan Ketahanan Pangan ( BP3KP), beralasan masih menunggu data dari desa dan kelurahan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nagekeo berdalih menunggu data dari Dinas Pertanian dan BP3KP, Dinas Sosial menunggu rekomendasi darurat pangan dari BPBD untuk menurunkan bantuan beras rawan pangan, BPBD Nagekeo tunggu petunjuk bupati.
Kepala BPBD Nagekeo, Bernabas Lambar kepada wartawan, Rabu (13/4/2016), mengatakan, sampai saat ini belum ada pernyataan darurat bencana dari Bupati Nagekeo untuk krisis pangan dan krisis air bersih di Nagekeo. Karena itu, dirinya belum bisa bertindak lebih jauh.
Sejauh ini, katanya, BPBD hanya melakukan pendataan kerugian dan korban, selanjutnya melaporkan data itu ke bupati.
Kepala Bagian Humas Setda Nagekeo, Gaspar Taka yang dihubungi per telepon, Rabu (13/4/2016), mengatakan, saat ini Pemda Nagekeo sedang berusaha membangun penampung dan jaringanJaringan air bersih di sumber-sumber mata air.
Untuk menambah suplai air bersih di Boawae dan Dhereisa, kata Gaspar, Pemda Nagekeo akan membangun penampung di salah satu sumber air di Desa Kelewae.
Sedangkan untuk mengatasi krisis air beraih di Aesesa Selatan, lanjut Gaspar, akan diupayakan dari embung.
Khusus di Boasabe, Kelurahan Dhawe, demikian Gaspar, sudah dibangun penyulingab dari Kali Aesesa dan penampung serta jaringan air bersih namun tidak berfungsi maksimal.
Gaspar membenarkan terjadi krisis air bersih di beberapa desa di daerah itu sebagai dampak dari kemarau panjang.
Krisis air bersih tersebut, katanya, juga melanda beberapa lokasi di Kota Mbay.
Namun soal distribusi air bersih dari BLUD SPAM DAN Dinas
Sosial ke masyarakat secara gratis, kata Gaspar, memang ada kendala karena keterbatasan anggaran operasional.
Karena itu, katanya, dikenakan biaya. Namun tarifnya tidak sampai Rp 150.000,00 per tangki. "Setahu saya hanya Rp 100.000,00 untuk bahan bakar minyak (BBM). Saya akan koordinasi kembali dengan BLUD SPAM dan Dinas Sosial," demikian Gaspar.*
Ikuti terus berita-berita terkini dan menarik dari http://pos-kupang.com atau http://kupang.tribunnews.com
Like Facebook www.facebook.com/poskupang
Follow Twitter https://twitter.com/poskupang
