Dengar Rintihan Anak, Sunardi "Bangkit" dari Lumpuh
Sunardi (44) sehari-hari membuat sangkar burung untuk dijual demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tiga tahun, lanjutnya, dia hidup dari belas kasihan orang lain. Hingga akhirnya ada satu peristiwa yang membuatnya kembali bangkit untuk bekerja. Peristiwa itu pun sampai saat ini masih diingatnya.
"Pak minta uang untuk jajan," rintih anaknya meminta uang jajan sambil menangis kala itu.
"Dengar suara anak, saat itu hati saya langsung greeg karena tidak bisa memberi uang jajan. Itu melecut saya dengan kondisi seperti ini, saya harus bekerja," imbuhnya.
Mulai dari situlah, Sunardi bertekad untuk tidak mengandalkan belas kasihan orang lain semata. Bagaimana pun, dia adalah seorang ayah yang memiliki kewajiban untuk mengantarkan kedua anaknya menjadi orang yang sukses.
"Saya bertekad membesarkan kedua anak saya dan menghantarkan mereka sukses," tegasnya.
Meski harus sambil berbaring, Sunardi mencoba berkreasi sederhana dengan membuat layang-layang. Beberapa layang-layang yang sudah jadi, dia titipkan kepada temannya di sekitar pantai.
"Saya titipkan ke teman yang jualan di sekitar pantai. Ya lumayan lah, bisa ada penghasilan dari pada mengantungkan hidup dari orang," tandasnya.
Seiring berjalannya waktu, Sunardi lantas mempunyai ide membuat sangkar burung. Modalnya saat itu hanyalah kayu jati dan bambu.
Dari modal kayu jati dan bambu inilah, Sunardi berhasil membuat sangkar burung yang dijualnya dengan harga Rp 80.000-Rp 100.000.
Sangkar burung ukuran kecil sanggup dia selesaikan dalam waktu dua sampai tiga hari.
"Harganya tergantung besar kecilnya antara Rp 80.000 sampai Rp 100.000," ujarnya.
Berkat kemauan dan kerja kerasnya, Sunardi dapat menyekolahkan kedua anaknya. Bahkan anak pertamanya, Dedi Cahyo, telah lulus SMA dan saat ini bekerja di sebuah rumah makan. Sementara anak nomer dua, Hesti Nur Afiani, saat ini masih duduk di kelas VIII.
"Katanya gajinya kecil, tetapi dia (Dedi) niat mau menabung untuk biaya kuliah," pungkasnya.