Pelantikan Kepala Daerah di NTT

Surat Kecil untuk Bupati Terpilih

Jujur saja, saya tidak bisa memenuhi keinginan Anda tersebut. Untuk itu, saya sendiri ingin menyampaikan

Editor: Dion DB Putra

Sebuah Kado Valentine Day
Oleh Jean Loustar Jewadut

POS KUPANG.COM - Sang Bupati terpilih yang terhormat
Pada hari Valentine yang dikenal sebagai hari Kasih Sayang ini, sayamengirim sebuah kado dalam bentuk surat sebagai tanda kasih sayang saya terhadap Anda. Mungkin Anda berharap agar
Anda diberikan kado yang lebih mahal, mewah dan berharga dari seseorang.

Jujur saja, saya tidak bisa memenuhi keinginan Anda tersebut. Untuk itu, saya sendiri ingin menyampaikan apologi karena ketidakmampuan saya untuk memenuhi keinginan Anda. Namun, besar harapan saya agar di tengah kesibukan, Anda tetap meluangkan waktu untuk sejenak membaca surat dari saya, rakyatmu ini.

Sang Bupati terpilih yang terhormat
Kali lalu, tepatnya Rabu, 9 Desember 2015, rakyat di beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur merealisasikan kedaulatannya untuk memilih pemimpin daerah (bupati). Jauh-jauh hari sebelum hari pemilihan tersebut, banyak calon bupati yang memajangkan foto dan visi-misi di persimpangan-persimpangan jalan.

Dari foto-foto tersebut muncul bermacam-macam senyuman yang menawan dan menebarkan aura seorang pemimpin. Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa pemajangan foto dan visi-misi bukan tanpa tujuan. Hal itu dilakukan agar rakyat lebih mengenal calon pemimpin dengan mencari tahu berbagai informasi terkait sepak terjang calon pemimpin tersebut.

Demikian halnya juga dengan visi-misi kepemimpinan. Visi dan misi kepemimpinan tersebut dipublikasikan agar Anda mempunyai arah dalam memimpin rakyat. Namun, satu hal penting yang perlu Anda sadari bahwa ujian terberat dari visi-misi Anda terletak pada konsistensi Anda untuk merealisasikan visi-misi tersebut.

Sang Bupati terpilih yang terhormat
Saya mendengar dan melihat bahwa ketika masih berpredikat sebagai calon bupati, tepatnya mengisi hari-hari kampanye Anda sangat rajin masuk Gereja dan duduk di bangku terdepan. Untuk hal yang satu ini sudah selayaknya saya mengacungkan jempol.

Berharap saja, tidak ada modus lain di balik tindakan tersebut dan kebiasaan itu harus tetap dipertahankan. Masuk Gereja dan duduk di bangku terdepan adalah salah satu bentuk ekspresi kesalehan ritualistik. Rasa-rasanya, untuk konteks Anda sebagai seorang bupati yang beriman, kesalehan ritualistik belum terlalu cukup. Saya menganjurkan agar Anda mampu menjaga keseimbangan antara kesalehan ritualistik dan kesalehan sosial.

Kesalehan ritualistik Anda harus terekspresikan melalui kesalehan sosial Anda. Sedangkan kesalehan sosial Anda harus selalu berbasiskan pada kesalehan ritualistik. Untuk konteks Anda sebagai seorang bupati, kesalehan sosial dapat Anda wujudkan melalui totalitas keberpihakan dan kepedulian terhadap nasib rakyat dengan mengambil berbagai kebijakan yang sungguh-sungguh pro rakyat. Secara pribadi, saya optimis bahwa pengaktualisasian kesalehan sosial secara maksimal akan membuat Anda menjadi seorang bupati yang disenangi dan selalu dikenang oleh rakyat.

Sang Bupati terpilih yang terhormat
Pencitraan diri menjadi salah satu taktik jitu untuk merebut hati rakyat. Pencitraan diri hadir dalam bentuk figuralisme yang hanya menekankan predikat-predikat personal, seperti baik, rendah hati, sopan, suci dan dermawan. Tidak menjadi persoalan jika predikat-predikat personal tersebut telah menjadi kepribadian.

Yang patut dipersoalkan adalah ketika ada maksud lain di balik semuanya itu. Menjelang sebuah pemilihan tertentu, ada calon pemimpin yang menjadi dermawan dadakan yang sangat peduli terhadap nasib rakyat miskin dan para yatim-piatu. Ada semacam politisasi kebaikan. Kebaikan dipraktikkan bukan karena berakar pada kesadaran diri dan solidaritas yang total, tetapi semata-mata hanya sebagai batu loncatan untuk mendapatkan kekuasaan.

Untuk konteks Anda yang sekarang telah menjabat sebagai bupati, hipokrisi politis dalam bentuk penjagaan citra diri hampir pasti tidak akan mampu menyelamatkan stabilitas kekuasaan Anda. Kekuasaan Anda akan berhadapan dengan perkara prioritas kekuasaan yang bermuara pada produktivitas, efektivitas dan hasil kerja. Perlu Anda sadari bahwa lemahnya apresiasi positif atas beberapa pemimpin akhir-akhir ini, sebagiannya diakibatkan oleh kesalahan penempatan prioritas yang mengutamakan image (citra diri) dan appearance (kesan) ketimbang efektivitas kekuasaannya.

Sang Bupati terpilih yang terhormat
Sistem pemilihan umum (pemilu) di Indonesia dapat dikatakan sebagai sebuah sistem yang mahal. Untuk memenangkan pertarungan pemilihan bupati, Anda pasti telah mengeluarkan uang dalam jumlah yang sangat banyak. Sistem pemilu yang mahal dan boros menjadi corak antagonistik politik, sebab untuk merebut legitimasi kekuasaan, Anda mesti memenangkan pemilu. Di sini kompetisi tidak terelakkan. Untuk memenangkan kompetisi, Anda bisa menggunakan segala cara termasuk dengan menggunakan jasa para kapitalis.

Di sini pengaruh kapitalisme cukup kentara dalam dunia politik. Meminta bantuan kepada para kapitalis untuk mendanai Anda memenangkan pemilu adalah sebuah hal yang sangat lumrah dan tidak tabu. Namun, sebagai rakyat saya secara pribadi merasa sangat cemas terkait hubungan Anda dengan para kapitalis.

Jangan sampai kekuasaan Anda sebagai seorang bupati jatuh pada puppeteerisme yaitu keadaan di mana Anda tidak lebih dari sebuah boneka yang diatur sesuka hati oleh para kapitalis. Ketika Anda sebagai seorang bupati berdiri sekedar sebagai sebuah boneka karena tersandera oleh kekuasaan para kapitalis, maka Anda secara otomatis tidak mampu bereksistensi sebagai organum solutis populi (sarana keselamatan rakyat).

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved