Kekeringan di NTT
Ribuan Pohon Cengkeh di Nagekeo Mati
Dihubungi di Maupongo, Jumat (8/1/2016), Camat Mauponggo, Stefanus Tipa mengatakan kekeringan
Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM - Ribuan pohon cengkeh yang sudah berproduksi di Kecamatan Mauponggo dan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo mati kekeringan akibat kemarau panjang sampai bulan ini. Selain cengkeh, kemarau panjang juga menyebabkab komoditi lainnya seperti pala, kakao, kelapa dan jambu mete mati.
Desa-desa di Mauponggo yang dilanda kekeringan yakni Desa Kotagana, Keliwatulewa, Desa Ua, Selalejo, Woewolo, Sawu, Jawapogo sedangkan wilayah Mauponggo bagian barat yaitu Desa Wuliwalo, Bela,Wolotelu dan Lokalaba.
Dihubungi di Maupongo, Jumat (8/1/2016), Camat Mauponggo, Stefanus Tipa mengatakan kekeringan yang menyebabkan tanaman cengkeh mati di kecamatan itu mati baru terjadi kali ini. "Petani cengkeh hanya bisa pasrah atas kerugian yang cukup besar. Saat ini sedang didata jumlah pohon yang kering dan dari data sementara sudah ribuan pohon cengkeh yang mati dan kering," kata Stef.
Kepala Desa Kotagana,Kecamatan Mauponggo, Petrus Taghi Medho yang ditemui di Lere, Jumat (8/1/2016), mengatakan, kekeringan telah menyebabkan 116 pohon cengkeh kering, 1.000 lebih pohon kakao serta 60 pohon pala di desanya kering. Lea, Boamau, Lina, Wololejo merupakan daerah dengan kekeringan terparah. Tanaman cengkeh yang mati, katanya, sudah berproduksi. "Kekeringan terjadi sejak bulan September 2015 dan masih berlangsung hingaa saat ini," jelasnya.
Tanaman komoditi yang mati rata-rara berusia 5-20 tahun. Khusus cengkeh, rata-rata usia 25-30 tahun. Satu pohon cengkeh yang mati menghasilkan 25 -50 kg sekali panen. Ia mengatakan sampai awal Januari 2015, hujan baru dua kali turun di daerah tersebut.
Tanaman kelapa, pisang dan jambu mete di wilayah Kecamatan Aimere dan Waebela, Kabupaten Ngada tidak berbuah. Bahkan banyak pohon kelapa, pisang dan jambu mete mati karena kekeringan. Demikian hasil pantuan Pos Kupang, Jumat (8/1/2016) dari wilayah Aimere sampai Waebela.
Ada beberapa kelapa yang berbuah namun buahnya kecil-kecil. Pemandangan di sepanjang ruas jalan Aimere-Waebela kali ini benar-benar berubah. Biasanya pada bulan Januari, kebun pisang, kelapa dan jambu mete hijau dan rindang hingga memanjakan mata para pengguna jalan. Kini kering kerontang di mana-mana. Lahan sudah dibersihkan petani tidak aktivitas karena mereka masih menanti hujan.
Sejumlah warga yang ditemui mengatakan, kelapa, pisang dan jambu mete tidak berbuah bahkan kering lantaran curah hujan di wilayah itu sangat rendah. Hujan perdana tahun 2015 terjadi pada 29 Desember 2015. Itu pun hanya gerimis. Saat gerimis turun, petani coba membuka lahan untuk tanam jagung dan kacang. Namun, setelah lahan dibersihkan hujan tidak lagi turun hingga saat ini. "Kami pasrah saja," kata Rosalia, seorang petani setempat.
Lahan seluas 3 ha milik warga Wae Reca, Kecamatan Borong, Kabupaten Matim sudah dibajak. Lahan milik masyarakat setempat yang dikerjakan satuan TNI AD dari Kodim 1612 Ruteng itu dijadikan kebun contoh jagung. Gara-gara tidak ada hujan penanaman belum dilaksanakan.
"Lahan sudah siap, bibit, jagung lamuru, pupuk dan obat-obatan juga sudah ada di setiap kelompok tani. Tetapi sampai saat ini, kami belum bisa tanam. Masih tunggu hujan," kata Kapten (Inf) Musoli, Perwira Seksi Teritorial Kodim 1612 Ruteng saat mendampingi Dandim 1612, Letkol (Kav) Imron Rosadi, SE, Jumat (8/1/2016).
Musoli mengakui curah hujan di Manggarai pada November-Desember 2015 masih bagus. Namun, memasuki minggu keempat bulan Desember 2015 dan awal Januari 2016, berubah drastis. "Tahun lalu, bulan begini, pesawat sudah sulit masuk ke Ruteng. Tapi awal tahun ini penerbangan masih normal," kata Imron Rosadi.
Imron bersyukur, tanaman jagung seluas 1 ha yang dikelola anggota TNI di kawasan Bandara Frans Sales Lega Ruteng sudah setinggi lutut orang dewasa. Ia optimistis, ujicoba tanaman jagung itu akan berhasil baik. (dea/jen/ius)