Memahami Gus Dur
Rabu, 30 Desember 2009. Kita semua kaget dan sudah tentu sangat kehilangan. Berita duka datang dari
Gus Dur itu manusia biasa, tapi ia juga manusia luar biasa (atau ia nabi sebagaimana kata seorang filsuf pada sebuah seminar Solving the Unsolved di Brussel beberapa tahun sebelum Gus Dur wafat. Sang filsuf berkata kepada Yeni Wahid. "Your father is realy a prophet"). Ia bisa memprediksi sesuatu yang menurut kebanyakan orang mustahil, tapi bagi dia tidak. Ia bisa meramal diri sendiri akan jadi presiden dan benar-benar ia jadi presiden. Gus Dur berasal dari subkultur pesantren tapi selalu bicara dalam wacana kontemporer.
Memahami Gus Dur juga harus seperti memahami sebuah kitab kuning yang terbuka. Tetapi seterbuka apapun, kitab kuning tak mudah dimengerti karena kata-kata atau kalimat-kalimat di dalamnya tak disertai tanda baca. Pembaca, para santri, harus bergulat menemukan makna sebuah kata tidak dari kata itu sendiri, melainkan dari konteks kalimat yang panjang.
Gus Dur fenomena kitab kuning. Bagi seseorang jelas urusannya, tapi bagi yang lain bisa jadi missleading dan bagi yang lainnya lagi, ia bisa sering dianggap kontroversial.
Gus Dur bahkan bisa menciptakan istilah baru yang tetap saja diterima orang banyak sebagai opo jarene Gus Dur. Contohnya seperti istilah kiyai khos, kiyai langitan dsb.
Memahami Gus Dur harus seperti memahami mobil balap formula 1 yang sedang berpacu di lintasan. Jangan berharap mobil balap pasang lampu sein kalau mau berbelok. Dan Gus Dur selalu jadi juaranya. Gus, opo jaremu sa'iki? *