Tamu Kita

Elizabeth Blantran de Rozari: Jangan Menjadi Orangtua yang Egois

Di balik keberhasilan suami dan anak-anak, ada seorang istri dan ibu yang hebat. Salah satu wanita yang hebat itu adalah Elizabeth Blantran de Rozari

Elizabeth Blantran de Rozari: Jangan Menjadi Orangtua yang Egois - Elisabeth_Blantaran_de_Rozari_(1).jpg
istimewa
KELUARGA ELISABETH-- Elisabeth Blanteran de Rozari bersama suami, Ir. Karel Karni Lando dan kedua anaknya.
Elizabeth Blantran de Rozari: Jangan Menjadi Orangtua yang Egois - Elisabeth_Blantaran_de_Rozari_(3).jpg
istimewa
KELUARGA ELISABETH-- Elisabeth Blanteran de Rozari bersama suami, Ir. Karel Karni Lando dan kedua anaknya.
Elizabeth Blantran de Rozari: Jangan Menjadi Orangtua yang Egois - Elisabeth_Blantaran_de_Rozari_(2).jpg
istimewa
Elisabeth Blanteran de Rozari

Namun nilai seseorang dalam masyarakat itu dilihat dari personality yang dimilikinya. Nilai personality itu, antara lain kejujuran, kedisplinan, kerja keras dan iman. Dan, juga bagaimana kita harus bisa menghargai orang lain, khususnya hal kecil yang pernah dibuat orang lain untuk kita. Dengan apa yang kita miliki, kita harus berusaha senantiasa membuat oranglain bisa tersenyum. Nilai itu harus selalu ditanamkan pada anak dan terus mengontrol mereka.

Bagaimana Anda mengawasi dan mengontrol dan anak-anak?
Saya mengontrol anak-anak saya belajar itu sejak mereka masuk jenjang pendidikan mulai TK hingga kuliah. Belajar harus terjadwal dan dijalani dengan tekun. Ada jadwal belajar, bermain, tidur, makan, membantu pekerjaan di rumah. Semua jadwal itu harus dijalani. Hal ini untuk melatih nilai kedisplinan mereka.

Bahkan semenjak TK, saya melatih mereka untuk membereskan tempat tidur setelah bangun, meskipun belum rapi saat mereka membereskannya namun mereka sudah terpola untuk disiplin. Untuk belajar, saya menekankan pada pencapaian prestasi yang yang sesuai dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki. Dan, untuk memotivasi pencapaian prestasi mereka itu, saya selalu memberikan reward dan pusnishment kepada mereka selama menjalani pendidikan.

Untuk pergaulan mereka di luar juga saya kontrol. Saya memberikan kebebasan kepada mereka untuk bergaul dan memiliki banyak teman. Namun teman-teman mereka itu saya 'seleksi'. Saya minta mereka mempertahankan teman yang baik dan jauhi teman yang berperilaku buruk. Hal ini penting agar menjauhkan mereka dari pengaruh negatif yang bisa mempengaruhi pencapaian masa depan mereka nanti.

Saya juga berusaha mengenal satu persatu teman-teman anak saya sehingga saya tahu betul dengan siapa anak saya bergaul. Semula anak-anak mengkomplain sikap saya itu, namun setelah mengetahui tujuan baiknya, maka pengawasan saya itu tidak lagi dipersoalkan mereka.

Bagaimana mencegah anak-anak berperilaku buruk?
Salah satu cara untuk mencegah anak-anak berperilaku buruk, yakni bagaimana kita sebagai orangtua bisa 'masuk' ke dalam dunia mereka. Maksudnya begini, sebagai orangtua yang ada di rumah, kita jangan seperti guru yang selalu memberikan 'pelajaran', mendikte dan mengajukan tanya jawab kepada anak-anak. Tetapi, jadilah orangtua yang 'gaul'. Jadilah atau berlakulah sebagai teman dan sahabat bagi anak-anak kita.

Saya sudah menerapkan pola berdiskusi dengan anak-anak sejak mereka masuk ke TK. Bagaimana saya memposisikan diri sesuai usia dan jenjang pendidikan mereka agar mereka bisa nyaman saat berdiskusi dengan saya. Setiap berdiskusi saya diri saya tidak saja sebagai ibu tapi juga teman, sahabat dan saudara mereka sehingga mereka tidak sungkan menyampaikan setiap hal yang mereka alami dan yang menjadi kendala dalam kehidupan yang mereka alami.

Dengan kondisi ini, kami bisa berbagi cerita, sekaligus menasihati mereka dan bisa tahu dan mengontrol aktifitas mereka. Akhirnya mereka akan merasa nyaman setiap berdiskusi dengan saya. Kami membangun keakraban bersama namun reward dan punishment tetap saya berlakukan kepada anak-anak.

Bagaimana memberikan hukuman atau punisment yang pantas bagi anak-anak yang melakukan kekeliruan dan reward bagi anak yang berprestasi?
Jika anak-anak berprestasi di sekolah maka kami akan memberikan hadiah kepada mereka. Namun jika anak melakuakn kekeliruan kami berikan sanksi punisment kepadanya. Hukuman kepada anak itu adalah hukuman yang pantas. Mencubit, memukul, memarahi dengan kata-kata makian dan menyakitkan hati, dan hal itu bukan hukuman yang baik untuk diterapkan dalam keluarga.

Selama ini, hukuman atau sanksi yang kami berikan kepada anak-anak yakni meminta mereka berlutut atau 'menyita' Handphone mereka selama jangka waktu tertentu sesuai pelanggaran yang mereka lakukan. Kenapa harus dihukum? Agar anak-anak menyadari dan tahu bahwa dalam kehidupan ini ketika mereka melakukan kesalahan maka akan ada sanksi yang harus mereka terima.

Sebaliknya jika mereka melakukan kebaikan dan prestasi maka pastinya akan ada reward dan hal baik yang akan mereka dapatkan. Hal ini merupakan salah satu pelajaran berharga bagi mereka. Jika anak melakukan kesalahanpun, kami memarahi mereka dengan 'rambu-rambu'. Misalnya, jika suami sedang memarahi anak, maka saat itu istri harus diam, jangan ikut memarahi anak atau membela anak itu.

Setelah selesai dimarai, beberapa saat kemudian barulah istri menemui anak dimaksud dan memberikan nasihat yang menyejukkan. Sebaliknya, jika istri memarahi anak maka suami harus tetap diam. Tujuannya, agar kewibawaan suami atau istri itu bisa tetap ada dan agar si anak pun tidak merasa dimanjai atau dibela ketika berbuat kesalahan.

Terhadap suami, bagaimana Anda menciptakan hubungan yang harmonis? Apa pesan Anda kepada kaum perempuan khususnya kepada para istri?
Selain hubungan antara anak dan orangtua, saya dan suami pun selalu berusaha menciptakan hubungan yang harmonis. Berdebat, beda pendapat tentu sering terjadi, namun hal itu dilakukan secara wajar dan harus bisa diselesaikan dengan baik. Jangan marah berhari-hari. Komunikasi harus dijalankan secara intens.

Dan, berikan kebebasan kepada suami namun tetap mengontrolnya. Selalu sediakan waktu untuk makan bersama di meja makan. Dan, hal penting lainnya yakni sediakan waktu untuk berdoa setiap pagi setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur. Hal berdoa ini banyak yang tidak dilakukan oleh suami istri.

Padahal kekuatan doa itu sangat besar untuk membuat keluarga kita hidup dalam suka cita dan selalu diberkati oleh Tuhan. Istri yang baik adalah istri yang tahu dan memahami pekerjaan suaminya. Mengapa? Agar saat suami pulang kantor dan membicarakan pekerjaannya, istri bisa memahami dan bersama berdiskusi. Dengan demikian suami tidak mencari teman diskusi diluar rumah. Paling tidak seorang istri harus bisa harus menjadi pendengar dan penasihat yang baik bagi suaminya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved