Breaking News

Laporan Adiana Ahmad

Tikus-Tungro Serang Rindi dan Umalulu

WAINGAPU, Pos-Kupang.Com -- Puluhan hektar padi sawah di wilayah Kecamatan Rindi dan Kecamatan Umalulu diserang hama tikus dan virus tungro. Kondisi ini membuat padi milik petani persawahan ini terancam gagal panen.

WAINGAPU, Pos-Kupang.Com -- Puluhan hektar padi sawah di wilayah Kecamatan Rindi dan Kecamatan Umalulu diserang hama tikus dan virus tungro. Kondisi ini membuat padi milik petani persawahan ini terancam gagal panen.

Mengatasi serangan hama tersebut, para petani menggunakan cara-cara tradisional, antara lain mengelilingi tanaman padi dengan pelepah nenas yang bentuknya menyerupai ular. Untuk menghambat penyebaran virus tungro, para petani menggunakan varietas baru tahan tungro bantuan Pusat Perlindungan Tanaman Jakarta Selatan.

Petugas Pengamat Hama Kecamatan Ridi dan Umalulu, Andreas Hapu Hambawudi,  ditemui di Desa Matawai Atu, Kecamatan Umalulu, Selasa (22/2/2011), mengatakan, total lahan pertanian yang rusak akibat terserang hama tikus, tungro dan juga keong emas di Kecamatan Umalulu dan Rindi sampai saat ini sekitar  41 hektar.

"Hama tikus, tungro maupun keong mas menyerang tanaman pertanian mulai dari bibit sampai padi berbuah. Umumnya keong mas dan tungro menyerang batang padi yang masih muda. Sedangkan tikus menyerang  benih yang disebarkan petani sampai buah padi keluar," jelasnya.

Andreas mengatakan, khusus tungro sampai saat ini belum ditemukan pestisida yang bisa mengatasi penyakit yang penyebarannya dilakukan melalui wereng hijau tersebut.

Penyakit ini sulit diatasi karena penularannya berupa virus. Penanggulangan atau pencegahannya hanya bisa dilakukan dengan menyebarkan varietas padi tahan tungro yang baru ditemukan Pusat Perlindungan Tanaman Jakarta Selatan. Varietas padi pencegah dan penangkal virus Tungro, kata Andreas, ada tiga jenis yaitu Tukat Belian, Invari VII dan Invari IX.

"Yang sudah kita salurkan kepada petani baru Tukat Belian. Sedangkan Invari VII dan Invari IX belum tiba.Ketiga varietas padi tersebut bisa menghambat penyebaran virus tungro dan menyelamatkan tanaman padi yang terjangkit virus tungro," kata Andreas.

Sementara untuk hama tikus, Andreas mengatakan, sejauh ini warga membunuh secara tradisional.  Melvianus (22), petani di Desa Matawai Atu, Kecamatan Umalulu  dmana 15 are tanaman padi miliknya gagal panen karena diserang tikus mengaku tidak bisa berbuat banyak.

Yang mereka lakukan, katanya, hanya dengan mengelilingi tanaman padinya menggunakan pelepas nenas yang bentuknya seperti ular karena tikus takut pada ular. Namun upaya itu sia-sia karena jumlah tikus demikian banyak.

Ular yang dilepas di sekitar areal pertanian, katanya, juga tidak mampu mengatasi serangan tikus ke lahan pertanian mereka. Bahkan, katanya, tikus pun sudah menyerang tanaman jagung yang sedang berbuah dan kelapa.

Pemerintah Beri Pestisida
Kepala Dinas Pertanian Tanamana Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sumba Timur, Ir. Josis Djawa Gigy, Selasa siang  (22/2/2011) turun memantau lahan pertanian masyarakat yang terserang hama tikus dan tungro di Matawai Atu dan Mutunggeding.

Dia mengatakan, pemerintah masih memiliki pestisida pembasmi tikus dan dalam waktu dekat akan diberikan kepada petani.  Josis mengatakan, pihaknya baru mengetahui ada serangan hama tikus dalam Raker Pamong Praja. Informasi itu disampaikan Kapolsek Umalulu, Iptu Basit Algadri.

Josis mengatakan, jika ada laporan dari masyarakat pihaknya siap menurunkan bantuan pestisida. Kalaupun tidak ada stok pestisida di Dinas Pertanian, pihaknya akan mencari bantuan ke pihak lain.

"Kalau ada serangan sepert ini buat laporan ke kantor, dan ambil obat berikan ke petani. Kita masih ada stok perstisida pembasmi tikus. Jangan diam saja," kata Josis kepada petugas pemantau hama, Kecamatan Umalulu dan Rindi, Andreas Hapu Hambawudi.

Josis mengatakan, pencegahan hama tikus bisa dilakukan dengan pembersihan lahan, predator ular atau elang dan pestisida. Karena itu, ia minta petani menjaga kebersihan lahan dan  sekitar lahan. Perkembangan tikus  cukup cepat karena beranak dan cuma butuh waktu empat minggu. Satu kali beranak 10 sampai 15 ekor.

Perkembangan tikus, jelas Josis paling cepat saat hujan gerimis disertai guntur dan petir karena saat itu memacu pertumbuhan hormon tikus untuk kawin. (dea)
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved