Laporan adiana ahmad
Uskup Weetabula Soroti Korupsi
WAINGAPU, Pos-Kupang.Com---Uskup Weetabula, Mgr. Dr. Edmun Woga, CSsR, menyoroti masalah korupsi, ketidakadilan sosial dan toleransi yang tidak jujur dalam pesan Natalnya yang disampaikan dalam misa Natal di Gereja Sang Penebus Wara, Waingapu, Jumat (24/12/2010) malam.
WAINGAPU, Pos-Kupang.Com---Uskup Weetabula, Mgr. Dr. Edmun Woga, CSsR, menyoroti masalah korupsi, ketidakadilan sosial dan toleransi yang tidak jujur dalam pesan Natalnya yang disampaikan dalam misa Natal di Gereja Sang Penebus Wara, Waingapu, Jumat (24/12/2010) malam.
Korupsi yang masih terus menggurita di Indonesia, baik di level nasional maupun daerah, menjadi salah satu penyebab kemiskinan di negeri ini. Uskup Edmun juga menyoroti masalah toleransi yang masih berjalan pincang.
"Kita ini negara besar. Kalau ingin tetap jadi negara yang besar harusnya menghargai perbedaan. Selama ini kita dikenal sebagai negara besar yang menghargai toleransi. Tetapi masih banyak persoalan yang berkaitan dengan toleransi belum terselesaikan secara tuntas," kata Uskup Edmun.
Dalam hal penegakan keadilan, kata Uskup Edmun, hukum belum berpihak pada orang kecil. Demikian juga dengan korupsi yang masih merajalela.
Dalam tataran lokal, kata Uskup Edmun, masyarakat masih bergumul dengan kemiskinan. Karena itu, gereja terus berupaya melakukan berbagai pendekatan kepada umat agar lebih peduli kepada sesama. Juga, melalui pendekatan adat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mengurangi tradisi belis mahal atau budaya lain yang dampak negatifnya lebih besar dari manfaatnya sehingga keluarga bisa fokus untuk meningkatkan pendapatan dan ekonomi keluarga.
"Gereja tidak saja membantu orang miskin, tetapi bagaimana membangun keluarga miskin agar mereka bisa menolong dirinya sendiri,"demikian Uskup Edmun.
Jangan Jadi Herodes
Sementara misa Natal di Gereja Kristen Sumba (GKS) Payeti dipimpin Pendeta Yuliana Ata Ambu. Pendeta Yuliana lebih menyoroti sikap keserakahan para pemimpin dan pejabat saat ini yang ia gambarkan dalam sikap Raja Herodes.
Pendeta Yuliana mengatakan, Natal merupakan peristiwa suka cita, tetapi tidak semua orang menyambut Natal dengan suka cita. Salah satunya Herodes. Herodes, kata Yuliana, tidak menyambut Natal dengan suka cita karena menganggap kehadiran Yesus merupakan ancaman bagi kekuasaannya.
Yuliana mengungkapkan, bagi kebanyakan orang, Natal itu suka cita, pesta meriah, hadiah atau kado indah, nyanyian merdu dan menggugah, pohon natal yang indah. Namun yang pertama justru bersamaan dengan natal terajdi pembantaian massal terhadap anak-anak tak berdosa. Alkitab, kata Yuliana, mencatat Herodes merupakan raja yang haus akan kekuasaan dan demi mempertahankan kekuasaannya ia tega melakukan segala cara.
Karena itu ketika mendengar Yesus lahir, Herodes terkejut karena dianggap sebagai saingan. Ia berusaha membunuh Yesus. Herodes merupakan raja yang haus akan kekuasaan. Ketakutan yang paling besar baginya yaitu kehilangan kekuasaan dan kehormatannya.
Melalui malaikat, Tuhan kemudian mengingatkan Yusuf untuk menyingkir ke Mesir. "Bagi kita sekalian, mampukah kita untuk menyingkir sejenak di tengah hiruk pikuk dunia? Kita singkirkan ambisi, kepentingan, keinginan dan kekuasaan untuk kita datang kepada Tuhan? Natal yang sesungguhnya yaitu ketika kita mampu menyingkirkan berbagai sikap negatif tersebut. Kita jauhi sikap Herodes dari hati kita supaya kita tidak seperti Herodes yang selalu mencari kedudukan dan haus akan kekuasaan," kata Yuliana.
Di depan ribuan umat Kristen yang memadati Gereja Payeti, Pendeta Yuliana menegaskan, semua orang Kristen perlu menyadari bahwa menjadi Kristen tidak mudah.
Ia mengatakan, menjadi Kristen merupakan pilihan yang penuh dengan tantangan. Karena itu, ia mengingatkan bahwa di jalan yang ditempuh orang Kristen ada Herodes yang selalu menggoda agar menjadi pengkhianat.
"Pengkhianat Herodes selalu ada di jalan kita menuju Allah. Tuhan datang pada kita untuk panggil kita, cegah kita masuk dalam perangkap yang dipasang Herodes.
Misa Natal di Kota Waingapu berlangsung aman. Di gereja-gereja yang menjadi pusat perayaan malam Natal dijaga aparat kepolisian dibantu TNI, anggota satuan Polisi Pamong Praja, Remaja Masjid, dan anggota pramuka. (dea)