Antara News
Pos Pemantau Egon Minim Fasilitas
KUPANG, Pos Kupang.Com -- Pos pemantauan Gunung Egon di Desa Nangatobong, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, minim fasilitas sehingga tidak mendukung kinerja para pemantau gunung api tersebut.
KUPANG, Pos Kupang.Com -- Pos pemantauan Gunung Egon di Desa Nangatobong, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, minim fasilitas sehingga tidak mendukung kinerja para pemantau gunung api tersebut.
"Sejak didirikan 16 Maret 1995, pos pemantau tersebut belum tersentuh aliran listrik. Seluruh aktivitas pemantauan dengan menggunakan accu atau baterai untuk menghidupkan seismograf," kata Manajer Pogram Wahana Lingkungan Hidup NTT, Herry Naif ketika dihubungi dari Kupang, Sabtu (13/11/2010).
Ia mengatakan hal itu ketika bersama aktivis peduli lingkungan di Sikka mendatangi Pos Pamantauan Gunung Egon untuk berdiskusi sekaligus mengetahui langsung perkembangan aktivitas dan status gunung api tersebut.
Dalam diskusi tersebut, katanya, staf pada Pos Pemantauan Gunung Egon, Erhendra Suprapto dan Edy Ruchadi mengaku bahwa mereka sudah berulang kali mengajukan permohonan sambungan baru aliran listrik ke pos pemantau, namun belum ditindaklanjuti oleh PLN Ranting Sikka.
"Permasalahan ini sudah kami sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Sikka termasuk ke PLN setempat, baik secara tertulis maupun lisan, namun sampai saat ini belum juga ada jawaban," kata Naif mengutip keterangan petugas pos pemantau Egon.
"Bagaimana bisa memberikan pelayanan yang baik
kepada warga tentang perkembangan aktivitas Gunung Egon, kalau tidak dilengkapi dengan fasilitas listrik yang menjadi salah satu sarana vital untuk kegiatan pemantauan," katanya menegaskan.
Menurut dia, Pos Pemantauan dan fasilitas dasar serta pendukung lainnya harus dipenuhi karena pos tersebut menjadi pusat informasi tentang perkembangan gunung tersebut.
"Jangan terus membiasakan pendekatan pelayanan setelah terjadi bencana, baru sadar dan proaktif melakukan penanganan dan penanggulangan setelah terjadi bencana gunung merapi. Sebaiknya pendekatan mencegah lebih baik daripada mengobati setelah ada kejadian," katanya.
Staf pada Pos Pemantauan gunung api Egon Erhendra Supratman yang dihubungi secara terpisah mengatakan untuk dapat melaksanakan tugas pemantauan, pihaknya menggunakan pembangkit listrik tenaga surya untuk mengaktifkan seismograf.
"Jika cuaca di sekitar gunung mendung, maka sulit untuk melakukan pemantauan, karena arus listrik dari PLTS itu tidak cukup kuat untuk menggerakkan seismograf secara seismic. Kami terpaksa menggunakan accu dan batu baterai," katanya.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Egon Yoseph Suryanto mengatakan intensitas kegempaan di gunung Egon terus meningkat hingga 5-10 kali dalam sehari.
"Dalam kondisi aktif normal intensitas gempa di gunung dengan tinggi sekitar 1.703 di atas permukaan laut hanya berkisar antara 1-4 kali dalam sehari. Tetapi, sekarang intensitas kegempaannya terus meningkat," ujarnya.
Meningkatnya intensitas kegempaan seperti itu, kata Suryanto, juga terjadi di Gunung Rokatenda di Pulau Palue dan Gunung Lewotobi di Kabupaten Flores Timur.
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) menetapkan 11 gunung api saat ini berstatus waspada.
Penetapan status waspada ini menyusul terjadinya peningkatan aktifitas di 11 gunung api tersebut. Ke-11 gunung api yang berstatus waspada ini di antaranya adalah Gunung Anak Krakatau, Gunung Papandayan di Jawa Barat, Gunung Semeru, Gunung Ijen dan Gunung Bromo di Jatim serta Gunung Egon di Kabupaten Sikka. (ant)