Laporan Adiana Ahmad
Benih Jagung Bantuan FAO Rusak
WAINGAPU, Pos Kupang.Com---Sekitar satu ton benih jagung bantuan FAO kepada petani di Sumba Timur rusak. Benih tidak layak edar itu pertama kali ditemukan aggota DPRD Sumba Timur yang lagi melakukan uji petik ke Kecamatan Wula Waijelu. Badan Bimmas Ketahanan Pangan sebagai pihak yang dipercayakan FAO untuk menyalurkan benih tersebut diminta untuk segera menarik benih tersebut.
WAINGAPU, Pos Kupang.Com---Sekitar satu ton benih jagung bantuan FAO kepada petani di Sumba Timur rusak. Benih tidak layak edar itu pertama kali ditemukan aggota DPRD Sumba Timur yang lagi melakukan uji petik ke Kecamatan Wula Waijelu. Badan Bimmas Ketahanan Pangan sebagai pihak yang dipercayakan FAO untuk menyalurkan benih tersebut diminta untuk segera menarik benih tersebut.
Informasi yang diperoleh Pos Kupang, Jumat (6/8/2010) siang, menyebutkan bahwa benih jagung yang dibagi ke masyarakat tersebut merupakan benih lokal yang diproduksi petani di kebun percontohan FAO di Desa Kiritana Februari 2010 lalu.
Total benih bantuan FAO yang dibeli dari petani di Kiritana sebenarnya lima ton dan baru tersalur satu ton. Sisanya masih ada di gudang Badan Bimmas Ketahanan Pangan Sumba Timur.
Dalam pertemuan Badan Bimmas dengan Komisi B DPRD Sumba Timur, Kepala Badan Bimmas Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Putu Punia, mengatakan siap menarik seluruh benih yang rusak dan menggantikan dengan benih baru.
Putu mengatakan, benih yang ada di gudang Badan Bimmas Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Timur ada dua jenis, yakni benih bantuan FAO dan benih bantuan bencana alam. Benih rusak yang ditemukan anggota DPRD di Wulawaijelu, kata Putu, merupakan benih bantuan FAO.
Putu mengakui benih bantuan FAO tersebut ditemukan sudah berkutu. Diduga penyebabnya karena terlalu lama disimpan. Benih yang diberikan ke petani itu, jelas Putu, merupakan benih dari produksi masyarakat pada Desember 2009 dan Januari 2010 lalu.
Sementara itu, penjelasan dari salah seorang staf di Badan Bimmas Ketahanan Pangan yang menangani masalah benih, total benih bantuan FAO yang dibeli dari petani lokal lima ton dengan harga Rp 5.000,00/kg. Sejauh ini, katanya, yang tersalur baru satu ton.
Benih yang ada, kata staf itu, akan ditarik kembali dari petani. Sedangkan sisanya yang masih ada di gudang, katanya, akan dibuat berita acara untuk dialihkan menjadi pakan ternak yang akan disalurkan kembali ke petani.
Ia mengatakan, kerusakan benih bantuan FAO tersebut diperkirakan karena tempat penyimpanan yang tidak memadai. Dengan keterbatasan wadah penyimpanan, benih yang dibeli dari petani penangkar itu disimpan di lantai. Tingkat kelembaban udara dari lantai diperkirakan menjadi penyebab rusaknya benih yang ada. Dari sampel yang sempat diambil, benih-benih itu ada yang sudah berkutu dan mengeluarkan serbuk. Biji jagung juga menyusut seperti jagung muda yang dikeringkan secara paksa. (dea)