Laporan Adiana Ahmad
Petugas Ekspedisi Remuk Terjepit Kren
WAINGAPU, Pos Kupang.Com -- Petrus Nue, petugas ekspedisi dari PT Surya Timor Sejahtera Waingapu, tewas akibat tulang pinggang dan kakinya remuk terjepit kren di Pelabuhan Waingapu, Sabtu (12/6/2010).
WAINGAPU, Pos Kupang.Com -- Petrus Nue, petugas ekspedisi dari PT Surya Timor Sejahtera Waingapu, tewas akibat tulang pinggang dan kakinya remuk terjepit kren di Pelabuhan Waingapu, Sabtu (12/6/2010).
Saat kejadian, korban sedang bertugas mencatat barang-barang yang diturunkan dari atas KM Artamoro II yang berlabuh di Waingapu. Saat kren (alat berat yang berfungsi mengangkat barang dari atas kapal) berputar, korban terjepit.
Korban sempat dilarikan dan dirawat sekitar satu jam di RSUD Umbu Rara Meha namun tidak tertolong. Paha dan pinggang korban bagian kanan remuk sehingga korban meninggal dunia.
Menurut teman-teman korban, saat kren sedang dioperasikan untuk menurunkan barang dari atas kapal, korban berada di dekat pagar kren. Padahal, lokasi itu merupakan area terlarang, kecuali operator kren.
Bahkan, kata teman-teman korban dan buruh di Pelabuhan Waingapu, korbanlah yang selalu menegur dan mengusir buruh jika duduk di tempat itu.
Pagi itu, kata mereka, korban duduk di pagar belakang kren dengan pandangan ke palka kapal. Saat itu operator kren tidak tahu sehingga saat kren berputar, korban terjepit di pinggang dan pahanya.
Beberapa buruh pelabuhan yang saat itu ikut mengantar korban ke RSUD Umbu Rara Meha, menuturkan, saat terjatuh dari pagar kren, korban sempat tertawa. Padahal pahanya sudah remuk. Sambil tertawa korban mengeluh sakit di pinggangnya. Di rumah sakitpun korban masih berbicara banyak dengan teman-teman dan istrinya. Korban masih sempat menyuruh isterinya mengambil bantal di rumah.
Setelah isterinya kembali dari rumah, korban mengeluh susah bernapas dan langsung kejang-kejang. Korban lantas meraung kesakitan dan sekitar sepuluh menit kemudian tubuh korban lemas dan menghembuskan napas yang terakhir.
Kepala Cabang PT Timor Surya Sejahtera Waingapu, Daniel Ngongo Ibrahim, mengatakan, saat peristiwa itu terjadi dirinya tidak berada di pelabuhan.
Daniel mengatakan, area yang diduduki korban merupakan area berbahaya dan siapa pun tidak boleh masuk kecuali operator kren.
"Semestinya dia (korban, Red.) tahu dan tidak boleh duduk di tempat itu. Area itu dilarang karena berbahaya bagi keselamatan. Selama ini korban justeru yang sering marah kalau ada buruh yang naik ke tempat itu. Sekarang korban malah yang duduk di situ," kata Daniel.
Dia mengatakan, korban sudah lama bekerja di ekspedisi namun baru bergabung di perusahaannya tahun 2007 lalu. Korban merupakan pegawai yang paling senior. Daniel mengatakan, korban memiliki jaminan sosial tenaga kerja dari PT Jamsostek.
"Semua karyawan sudah jadi peserta Jamsostek. Tadi saya sudah telepon pejabat Dinas Tenaga Kerja yang mengurus Jamsosteknya. Dijanjikan hari Senin (14/6,2010), karena hari ini hari libur. Pengurusan klaim Jamsostek dilakukan ke Dinas Tenaga Kerja karena di sini belum ada kantor Jamsostek," kata Daniel.
Korban meninggalkan seorang isteri dan tiga orang anak, dua putera satu puteri. Isteri korban terlihat sangat terpukul dengan kejadian itu. Dia terus meratap di samping jenazah korban. Tidak satu katapun keluar dari mulutnya. Hal yang sama juga dialami dua anak korban yang saat ini duduk di bangku SLTP. Sedangkan putera bungsu korban yang masih duduk di bangku SD tetap bermain bersama teman-temannya.
Kasus kecelakaan kerja ini tetap diselidiki polisi. Kapten kapal, operator kren dan beberapa ABK sudah dimintai keterangan oleh polisi. Sementara jenazah korban dibawa pihak keluarga ke rumah duka. Kesimpulan sementara pihak kepolisian, peristiwa itu murni kecelakaan. (dea)