Kena Demam Berdarah, Siswa SMA Kristen Payeti Sumba Timur Terancam Tidak Ikut UNBK

Salah satu siswa peserta ujian nasional berbasis komputer (UNBK) dari 204 peserta di SMA Kristen Payeti di Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera Kabupa

Penulis: Robert Ropo | Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG. COM/ROBERT ROPO
PANTAU---Bupati Sumba Timur Drs. Gidion Mbilijora. M.Si sedang memantau para siswa saat masuk ke dalam ruang ujian di SMA Kristen Payeti. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo

POS-KUPANG.COM | WAINGAPU----Salah satu siswa peserta ujian nasional berbasis komputer (UNBK) dari 204 peserta di SMA Kristen Payeti di Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur terancam tidak mengikuti UNBK pada hari selanjutnya, sebab siswa itu diserang penyakit demam berdarah dangue (DBD).

Kepala sekolah (Kepsek) SMA Kristen Payeti Dra. Maria Yuliana Galla menyampaikan itu kepada bupati Sumba Timur Drs.Gidion Mbilijora, M. Si saat memantau proses UNBK di sekolah itu, Senin (1/4/2019).

Maria mengatakan, siswa itu untuk UNBK hari pertama dengan paksa mengikuti UNBK. Siswa itu juga sempat pingsan dan pihak sekolah menyuruh istirahat kemudian pas waktu ujian baru diikuti karena nama sudah terlanjur dikonek dalam komputer.

Dikatakan Maria, jika memang kondisi ujian hari berikutnya kondisi siswa itu tidak memungkinkan disarankan untuk mengikuti ujian susulan saja.

Polisi Belum Menangkap Pelaku Pembunuh Jesus

Capaian Efiling KPP Pratama Kupang Hampir 100 Persen

"Satu siswa kena DBD. Tadi dia sempat pingsan kami suruh dia istirahat, pas ujian dia ikut dan sampai selesai. Saya juga ada beritahu kalau memang kondisi tidak memungkinkan untuk ikut UNBK hari selanjutnya, biar ikut ujian susulan saja,"jelas Maria.

Maria juga mengatakan, jumlah peserta yang mengikuti UNBK di sekolah itu sebanyak 204 siswa, dengan komputer yang digunakan dalam UNBK sebanyak 70 unit dengan rincian 40 unit di ruang 1 dan 30 unit di ruang 2.

Ketersediaan komputer untuk UNBK di sekolah itu sangat kurang, bahakan pihak sekolah meminjamnya dari para guru, pegawai sekolah, orang tua murid, dan juga sebagian laptop milik siswa.

"Kalau mau jujur di ruang dua ini semua komputer atau laptop semuanya kita pinjam dari guru, orang tua siswa, pegawai, dan ada juga laptop siswa yang kita pakai disitu,"ungkap Maria.

Maria juga mengatakan pihak sekolah itu belum mendapatkan data untuk bantuan komputer dari propinsi, namun pihaknya juga sudah melaporkan melalui Dapodik dan pada tahun 2018 lalu mereka mendapatkan bantuan 12 unit Komputer.

Terpisah Kepala sekolah SMA PGRI Waingapu Rambu Mbangi Rawambaku, S. Pd mengatakan proses UNBK di sekolah itu berjalan aman dan lancar.

Kata Rambu Mbangi, semua peserta dari 275 peserta mengikuti UNBK tidak ada yang halangan. Begitu juga dengan komputer ujian tidak ada yang mengalami kerusakan atau eror.

"Jadi kita takut server rusak, kami beli lagi server harganya mencapai belasan juta. Saya takut ada gangguan disaat ujian berlangsung nanti. Tapi UNBK hari pertama ini berjalan baik tidak ada gangguan sama sekali,"ungkap Rambu Mbangi.

Rambu Mbangi juga menyampaikan terima kasih dan rasa bersyukur karena Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora sempatkan diri untuk memantau proses UNBK di sekolah itu. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved