Aprianus de Fatima Membuka Kebun Anggur Memanen Rupiah
Tangan yang sepuh masih terampil saat memangkas dahan dan batang di salah satu pohon anggur di belakang rumahnya
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
POS KUPANG.COM -- LANGIT mendung tidak mengurangi semangat Aprianus de Fatima merawat pohon-pohon anggur miliknya.
Tangan yang sepuh masih terampil saat memangkas dahan dan batang di salah satu pohon anggur di belakang rumahnya. Sesekali ia tersenyum sambil menjelaskan tentang teknis pilihan dan memotong dahan agar tidak merusak pohon.
Aprianus merupakan pensiunan TNI AD yang baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai Babinsa. Dan, pada masa pensiuannya, ia menghabiskan waktu untuk menanam dan memelihara pohon anggur.
Berkat keuletan dalam membudidayakan anggur, saat ini pria asal Timor Timur ini sudah memiliki 10 pohon anggur di kebun belakang rumahnya di Desa Humusuwini, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Keberhasilannya karena ia belajar dari pengalaman menanam anggur yang pernah gagal.
Ditemui di sela-sela merawat pohon anggurnya pada awal Januari ini, Aprianus menceritakan banyak hal tentang usaha kebun anggurnya. Menurutnya, hasil yang didapat saat ini tidak semuda yang dipikirkan banyak orang. Ia pernah gagal pada awal usaha menanam anggur di kebunnya itu.
"Awalnya tidak begini, pohon yang saya tanam pertama itu mati. Tapi saya coba lagi dan ini hasilnya," jelas Aprianus.
Pada awalnya, Aprianus menanam pohon anggur merah.
Namun, pada awal usaha, pohon anggurnya mati. Ia memulai lagi. Hasilnya tidak memuaskan. Bahkan harga anggur merah tidak sebagus jenis anggur hijau.
Dari kegagalan itu, Arpianus banting stir memulai menanam anggur hijau. Namum, ia harus ke Silawan di Kabupaten Belu untuk mendapatkan bibit anggur hijau, sekaligus magang singkat kepada omnya yang juga petani anggur di Silawan.
Kini, Aprianus menjadi petani anggur hijau yang terkenal di TTU. "Sekarang saya sudah punya 10 pohon. Perawatannya juga tidak sulit. Pintar-pintar saja merawat. Anggur ini perlu rajin dirawat atau bersihkan, umurnya panjang. Kalau dibiarkan begitu saja, dia mati," jelas Aprianus.
Meski hasil sekitar Rp 3 juta hingga Rp 5 juta sekali panen, baginya sudah sangat menguntungkan. Karena perawatan kebun anggur tidak sulit, bahkan pohon anggur ini tidak membutuhkan pupuk pabrik. "Pupuknya kotoran kambing saja. Di sini banyak kambing, jadi pupuk tidak masalah," jelasnya.
Ia juga tidak kesulitan memasarkan. Sebab, para pembeli dari Atambua, Kefamenanu, bahkan Kota Kupang biasanya datang dan beli langsung di tempat saat panen.
"Kalau panen tiba, mereka baku rampas, bahkan ada yang tidak dapat. Saat ini saja sudah banyak yang pesan," jelas Aprianus sambil menjelaskan anggurnya akan dipanen bulan Maret nanti.
Kelebihan lain budidaya anggur adalah jadwal berbuah bisa diatur dengan cara perawatan. Sehingga anggur hijau ini tidak mengenal musim dan bisa terjadi sepanjang tahun. (alf)