Berita Internasional
Todongkan 'Revolver' Pada Guru, Siswa Ini Paksa Gurunya Lakukan Hal Ini, Berikut Foto Dan Videonya
Todongkan 'Revolver' Pada Guru, Siswa Ini Paksa Gurunya Lakukan Hal Ini, Berikut Foto Dan Video Lengkapnya.
POS KUPANG.COM - Todongkan 'Revolver' Pada Guru, Siswa Ini Paksa Gurunya Lakukan Hal Ini, Berikut Foto Dan Video Lengkapnya.
Sebuah rekaman video memancing kemarahan publik di Perancis. Pasalnya, dalam video itu nampak murid usia 15 tahun menodongkan revolver ke kepala gurunya.
Diwartakan Metro, Minggu (21/10/2018), remaja laki-laki tersebut terdengar meneriakkan sesuatu.
"Letakkan kepala Anda ke bawah," teriaknya sambil mengacungkan pistol ke arah gurunya yang sedang duduk di dekat meja.
Fisipol Unimor Gelar Mabim, Ini yang Ditekankan kepada Mahasiswa Baru
Polres Mabar Bekuk 5 Pelaku Kriminal! 3 Pelaku Beraksi di Ujung Bandara, Jalan Bukit Cinta
Kepala Rudenim Kupang Tegaskan Imigran di Kota Kupang Bukan Kriminal
Meski bersikeras pistol yang digunakan adalah palsu, bocah tersebut tetap akan menghadapi hukuman penjara.
Peristiwa itu terjadi di SMA Edouard-Branly, Creteil, pada Kamis lalu.
Sekitar pukul 10.00, remaja dan teman-temannya yang lain memaksa masuk ke kelas.
Kemudian, sang guru dipaksa untuk melakukan instruksinya saat mengarahkan pistol tersebut.
Namun, guru terus mengerjakan sesuatu di laptopnya sambil berbicara pada murid-muridnya di depan kelas.
BBC mengabarkan, remaja itu mengaku hanya bercanda dan mengaku tidak menyadari apa yang dilakukannya ternyata direkam orang lain.
Sementara, gurunya melaporkan kejadian yang menimpanya ke polisi pada Jumat lalu.
Murid yang tidak disebutkan namanya itu lantas menyerahkan diri ke polisi pada hari yang sama dengan ditemani ayahnya.
Surat kabar The Parisian mewartakan, remaja laki-laki tersebut marah karena dianggap absen oleh sang guru karena terlambat masuk sekolah.
Tak hanya publik di Perancis, Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner juga mengutuk keras peristiwa itu.
"Sekolah adalah tempat lahirnya negara republik dan di sanalah kita belajar untuk menghormati negara," katanya.
Presiden Perancis Emmanuel Macron bahkan meminta kementerian untuk mengambil segala upaya agar tindakan demikian dapat dijerat hukum.