Yustus Rasa Lebih Hikmat Ibadah Menggunakan Bahasa Daerah
Minggu (1/7/2018) Yustus Nome bersama istrinya, Semil Nome Taupan dan anaknya Anjani Nome (5) sudah berada di Gereja Maranata, Soe
Penulis: Dion Kota | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dion Kota
POS-KUPANG.COM | SOE - Minggu (1/7/2018) sekitar pukul 08:45 Wita, Yustus Nome bersama istrinya, Semil Nome Taupan dan anaknya Anjani Nome (5) sudah berada di Gereja Maranata, Soe untuk mengikuti ibadah ke II yang dimulai tepat pukul 09.00 Wita.
Yustus dan keluarga sengaja memilih mengikuti ibadah kebaktian ke II karena dalam ibadah kebaktian ke II menggunakan bahasa daerah (Timor).
Yustus dan keluarga merasa mengikuti ibadat dengan menggunakan bahasa daerah lebih hikmah jika dibandingkan mengikuti ibadah dengan bahasa Indonesia.
Baca: SMPN Satar Mowol Minta Pemkab Manggarai Bangun Laboraorium
Oleh sebab itu, setiap hari minggu, Yustus dan keluarga tak pernah alpa untuk mengikuti ibadah ke II.
"Kami dari kecil sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah, termasuk saat berdoa. Saya dan keluarga merasa lebih hikmat kalau mengikuti ibadah dengan bahasa daerah," ungkap Yustus.
Yustus mengaku, sengaja mengajak anaknya, Anjani untuk ikut ibadah kebaktian ke II agar Anjani juga bisa mengenal dan akrab dengan bahasa daerah sendiri.
Dia sadar jika saat ini, bahasa daerah mulai tergerus bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Oleh sebab itu, dia ingin anaknya tetapi mengenal bahasa ibu (daerah).
"Sekarang banyak anak-anak yang tidak bisa menggunakan bahasa daerah. Padahal, bahasa daerah itu penting karena bahasa merupakan identitas kita. Oleh sebab itu, anak-anak harus diajarkan bahasa daerah, kalau tidak ingin bahasa ibu asing di rumah sendiri," ujarnya.
Pendeta, Arni Kitu Neolaka, S.Th, Wakil Ketua Majelis Jemaat Maranata Soe mengatakan, penggunaan bahasa daerah dalam ibadah di Gereja Maranata sudah dilakukan sejak gereja Maranata, Soe berdiri, 1 Agustus 1948.
Seiring dengan berkembangnya bahasa Indonesia, akhirnya dalam ibadah kebaktian juga ada yang menggunakan bahasa Indonesia, namun khusus Ibadah ke II setiap minggu tetap menggunakan bahasa daerah timor. (*)