Marhaban Idul Fitri Al-Mubarak Wa Ilal-Liqa' Ya Ramadhan

Semoga puasa, amal dan ibadat sanak kerabatku yang Muslim dan Muslimat pada 2018 ini, menjadikan tahun ini sebuah 'anno mirabilis'

Editor: Benny Dasman
zoom-inlihat foto Marhaban Idul Fitri Al-Mubarak Wa Ilal-Liqa' Ya Ramadhan
ISTIMEWA
P Dr. Philipus Tule, SVD

Oleh P. Dr. Philipus Tule, SVD
Rektor Unwira Kupang, Ahli Islamologi

SEMUA warga Nusa Tenggara Timur (NTT) tahu bahwa sebulan sebelum Idul Fitri sanak kerabatnya yang muslim dan muslimat melaksanakan ibadat sawm (siyam) atau puasa Ramadhan (bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah). Semua warga NTT tahu bahwa sebulan sebelum Paskah umat Katolik pun menjalani Masa Puasa atau Prapaskah.

Dalam kedua bulan itu ada kesempatan rahmat bagi umat yang beriman akan Allah yang Esa, karena mereka menjalani puasa. Jelang perayaan Idul Adha pun, segelintir Muslim dan Muslimat, khusus mereka yang sedang beribadah Haji di Mekkah, menjalani puasa atau pantang.

Mereka berpuasa sebagai perwujudan rukun keagamaan masing-masing dalam bentuk tapa dan pantang. Selama masa puasa itu, kita tentu bersua dengan rekan, sahabat dan kerabat beragama lain. Kita sering tak lupa untuk saling bersalaman: Selamat Berpuasa; marhaban ya Ramadhan.

Di balik ucapan atau tindakan bersalam-salaman, yang terkadang cuma basa-basi atau tata krama setempat, baiklah kita coba menyimak makna terdalam dari puasa, satu kata bahasa Sanskerta Upawasa yang berarti menutup atau menghentikan suatu kebiasaan.

Puasa Islam: Sawm Ramadhan
Dalam dunia Islam yang berbahasa Arab, puasa itu lebih dikenal dengan Sawm (jamaknya Siyam), sebagai salah satu dari lima rukun Islam, dengan ketentuan menahan diri dari makan dan minum atau dari segala sesuatu yang membatalkannya, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan syarat-syarat tertentu.

Menurut Imam San'ani bahwa Sawm itu berarti mencegah makan, minum dan jima' (persetubuhan) pada siang hari atas dasar ketetapan hukum agama. Waktu puasa atau sawm yang ditetapkan oleh Kitab Suci Al-Quran adalah bulan Ramadhan, bulan kesembilan menurut penanggalan Hijriah.

Tertulis dalam Kitab Suci Al-Quran: Yaa ayyuha al-ladiina aamanuu kutiba `alaikum ash-shiyaamu kamaa kutiba `ala al-ladiina min qablikum lla'allakum tattaquun //Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (Q.2,183).

Dari ayat tersebut terungkap bahwa puasa atau sawm sudah ada dalam lingkup Yahudi ataupun Kristen sebelum diwajibkan bagi umat Muslim. Yang dimaksudkan adalah Grafirat Agung atau puasa Yahudi yang biasa dilakukan pada tanggal 10, bulan Muharram (bulan pertama Kalender Hijriah) dari matahari terbit hingga terbenam; ataupun Yom Kippur yang jatuh pada tanggal 10 Tishri kalender Yahudi sebagai aktus puasa 24 jam (bdk. Kitab Nehemia 9,1; dan Kitab Ulangan 16, 13-15); juga puasa kristen yang biasa dilakukan 40 hari sebelum Pesta Paskah Tuhan.

Kendatipun sawm (puasa) itu diwajibkan bagi kaum Muslim selama bulan Ramadhan namun ada saat tertentu yang dilarang untuk berpuasa; juga ada oknum tertentu yang tidak diwajibkan untuk melakukannya. Saat atau hari-hari yang dilarang untuk berpuasa adalah Idul Fitri (1 Shawal), Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan hari-bari Tashriq (tgl 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).

Menurut sebuah Hadits bahwa Nabi Muhammad SAW pun melarang umat Islam berpuasa terus menerus tanpa berbuka. Katanya: 'Inna al-Nabi SAW naha 'anil-wisali (Bukhari & Muslim). Sementara itu, orang-orang yang sudah tua renta, yang sakit, muslimat yang hamil dan sedang menyusui anak pun tak diwajibkan.

Namun, kecuali orang tua renta, mereka itu tokh diwajibkan untuk menggantikannya sebanyak jumlah hari yang ditinggalkan setelah keadaan memungkinkan untuk berpuasa. Bisa juga diganti dengan membayar kafarah (denda) ataupun fadyah (memberi makan bagi kaum miskin).

Terlepas dari beberapa penilaian rigoristik oleh oknum yang kurang memahaminya, yang hanya mengobservasi hal-hal lahiriah, tokh Sawm Ramadhan itu mengandung hikmah dan nilai-nilai spiritual, moral dan sosial yang mendalam. Kita menyaksikan betapa umat Muslim mengisi acara malam bulan Ramadhan dengan Tarawih, Salat dan Dhikr yang semuanya berdaya meningkatkan kesalehan dan ketaqwaan.

Dengan berpantang makan dan minum sepanjang hari, mereka berusaha menekan biaya hidup yang rutin. Tapi lebih dari itu, mereka pun berusaha mengungkapkan rasa solidaritas terhadap sesama yang miskin, berkekurangan, tak memiliki sandang dan pangan serta yang lapar dengan memberi zakat (sedekah).

Dengan berpuasa mereka melatih diri untuk laku self-control terhadap aneka rangsangan duniawi dan emosi negatif lainnya. Sehingga bagi mereka yang taqwa dan tekun menjalaninya akan memperoleh pahala berupa penghapusan dosa-dosa, sebagaimana terungkap dalam Hadits Nabi: 'As-Salawat al-khamsu wal-jum'atu ilal-jumat wa Ramadhan ila Ramadhan mukaffiratun lima baynahunna idha ajtunibatil-kaba'iru (Shalat yang lima waktu, dan shalat Jum'at yang lalu hingga shalat Jum'at berikutnya, juga puasa Ramadhan hingga bulan Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa antara keduanya, jika seseorang melakukan dosa besar).

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved