Rahasianya Sirih Pinang dan Bisikan Maut, Kisah Matheus Putra Sumba NTT Hidup Bersama 12 Istri
Mereka rukun, kompak dan saling menyayangi. Tidak cemburu meski Matheus lebih sering bersama istri ke-12 tahun-tahun terakhir.
POS KUPANG.COM--Ia tak muda lagi, genap 68 tahun 5 Mei lalu. Tapi sisa-sisa ketampanannya masih tampak. Bisa dipahami jika banyak perempuan jatuh cinta, lalu menerima pinangannya.
Betapa tidak! Dalam perjalanan hidupnya, ia pun memiliki 12 istri, 52 Anak, 218 Cucu dan Tiga Cicit yang kemudian memberikannya sebuah keluarga besar!
Bila Anda berpeluang ke Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, Anda coba bertanya tentang Bapak Matheus Deta Raya.
Semua orang pasti tahu, karena pria kelahiran Wainyapu 5 Mei 1945 itu adalah Kepala Desa (Kades) di Desa Waiha, Kodi Balaghar, Sumba Barat Daya. Masyarakat menyeganinya, karena meski hanya tamatan SMP, ia cukup mampu menjalankan tugasnya sebaga Pak Kades, sapaan masyarakat setempat untuknya.
Tapi yang tak kalah membuatnya kesohor adalah kehidupan pribadinya. Ia punya 12 istri yang total memberinya 52 anak, 218 cucu dan 3 orang cicit. Benarkah itu?
Ya, demikianlah adanya lelaki tinggi bertubuh gempal yang senang makan sirih seperti kebiasaan masyarakat setempat lainnya.
Menikah 12 Kali Berturut-turut

Matheus belakang hari setelah semakin berumur, ia tinggal bersama istri ke-12 bernama Yusnita Dadi Mema. Sesekali istri keempatnya, Maria Muda Ngila, sering main di situ, karena ia tak punya anak, sehingga ia membagi kasih sayangnya kepada anak-anak Yusnita-Matheus.
Uniknya, anak-anak Matheus dari istri-istri yang lain, juga betah tinggal di sana. Jadilah rumah itu seperti asrama tempat penampungan anak-anak. Di ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga itu, mereka ada yang ngobrol, bercanda, makan, minum susu atau bahkan bermain,
Di satu sisi, Matheus merasa bangga bisa memperistri 12 orang sekaligus. Tetapi di sisi lain, menyesalinya, karena memberi cap buruk baginya sebagai lelaki lupa daratan.
Selain juga tanggung jawab yang disandangnya besar sekali. Ia merasa dikejar-kejar rasa berdosa. Karena itulah kini ia acap bertobat dengan menggelar pesta adat, sekaligus membersihkan kampung dengan memotong 44 ekor ternak kerbau.
Menikah pertama saat umur 20 tahun dengan Maria Wonda Ngura (wafat-Red) pada 1960. Kemudian menikah lagi berturut-turut, satu sampai 2 kali dalam setahun.
Mereka adalah Ribka Ra Borak, Tiala Loghe, Maria Muda Ngila, Dorkas Kali Ghoba, Loghe Rehi, Pati Kaka (wafat-Red), Boro Muda (wafat-Red), Boro Gheda, Maria Wora Pati, Maria Wonda Mete dan terakhir Yusnita Dadi Mema. Di antara mereka kakak beradik, yakni istri ke-2 dan ke-6, serta istri ke-4, ke-5 dan ke-7.
Mereka rukun, kompak dan saling menyayangi. Tidak cemburu meski Matheus lebih sering bersama istri ke-12 tahun-tahun terakhir.
Mereka bersikap positif kepada Yusnita sejak awal pernikahan. Bahkan istri tertua ikut pergi membayar belis (mahar) saat Matheus mempersuntingnya.