Geliat Penenun Insana TTU, Harga Tenun Ikat Motif Buna Mencengangkan

Banyak perempuan di wilayah ini memiliki ketrampilan menenun. Produk kain motif dari wilayah ini sudah cukup

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/TENI JENAHAS
Rosalinda Abuk sedang menenun kain motif sotis, di rumahnya, Minggu (17/12/2017). 

POS KUPANG.COM -- Menenun merupakan bagian dari budaya sehingga ketrampilan menenun selalu diwariskan dari generasi ke generasi. Selain unsur budaya, menenun juga memiliki nilai ekonomis sehingga ada warga yang belajar otodidak untuk menjadi penenun.

Kecamatan Insana dikenal sebagai salah satu daerah di Kabupaten TTU yang banyak menghasilkan produk tenun motif. Letak wilayah ini sekitar 30 kilometer arah timur dari Kota Kefamenanu.

Banyak perempuan di wilayah ini memiliki ketrampilan menenun. Produk kain motif dari wilayah ini sudah cukup dikenal banyak orang bahkan pernah ditampilkan di tingkat internasional.

Meski sudah dipromosikan sampai level dunia, namun jumlah permintaan pasar untuk tenun motif masih kecil. Penenun juga mengakui belum memahami secara baik konsep pemasaran kain motif ke luar daerah.

Warga Desa Fatuana, Theresia Neno dan Rosalinda Abuk mengatakan, penenun masih mengalami kendala pemasaran tenun motif baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.
Mereka biasanya mendapat pesanan dari orang-orang yang tinggal di luar NTT, seperti Jawa dan Bali.

Permintaannya masih sangat sedikit. Jika pemasaran bagus, penenun akan membuat lebih banyak sehingga menambah pendapatan mereka. Penenun tidak berani membuat lebih banyak karena faktor pasar dan modal pembelian bahan baku yang masih kurang.

Mereka mengharapkan pemerintah untuk terus melakukan promosi kain motif ke luar daerah agar tingkat pesanan dari luar daerah semakin tinggi.

Mereka berterima kasih kepada Pos Kupang yang telah berinisiatif mempromosikan produk tenun mereka ke publik. Harapan mereka setelah dipromosikan, banyak orang mengenal tenun motif di wilayah itu dan bisa memesan kain motif di Insana.

Menurut Theresia Neno dan Rosalinda Abuk, untuk wilayah Desa Fatuana, penenun menawarkan tiga motif yakni, motif Ikat, Buna dan Sotis. Masing-masing motif memiliki kelebihan dan kekurangannya. Penenun lebih berminat motif sotis, khususnya motif sotis matepon atau mawanan.

Pasalnya, menenun motif sotis lebih gampang, tidak membutuhkan waktu lama, cepat terjual dan modal untuk beli bahan baku. Dalam merancang bunga dalam motif ini juga lebih mudah.

Penenun menyebutnya tenun merayap atau memasang bunga merayap sehingga proses tenun lebih cepat. Hampir semua penenun bisa membuat motif sotis. Motif sotis mulai dikembangkan sejak tahun 1970.

Motif ini cepat laku karena pembeli lebih banyak. Termasuk warga lokal juga biasa membeli motif ini untuk dipakai setiap hari saat di rumah, ke pasar, ke tempat posyandu, ke tempat berduka dan kebun.

Tenunan motif sotis lebih mundah dibuat. Penenun bisa menghasilkan satu lembar kain motif Sotis dalam dua minggu. Harga kain motif ini di pasaran berkisar Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu.

Sedangkan, motif Buna adalah motif dengan harga paling mahal dari motif ikat dan sotis. Harganya bisa mencapai Rp 2 juta per lembar. Harga motif ini mahal karena proses pembuatannya lebih sulit.

Tidak semua penenun bisa membuat motif Buna. Motif ini memiliki warna dasar hitam lalu disulam dengan kain yang berbeda warna agar menghasilkan simbol-simbol seperti gambar binatang, bunga dan kotak-kotak.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved