Manggarai Barat Terkini
Pro Kontra Gapura Mai Go Ite di Mapolres Mabar, Begini Respon Kapolres Christian Kadang
Ia menilai gapura utama yang ada di Polres Manggarai Barat kini menjadikan wajah baru bagi Polres Manggarai Barat.
Ringkasan Berita:
- Tulisan di Gapura Mapolres Manggarai Barat tuai pro kontra
- Publik terbelah antara sikap sinis dan pujian dalam menilai keberadaan Gapura
- Kapolres Manggarai Barat ungkap tujuan memperkuat identitas budaya
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Petrus Chrisantus Gonsales
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Gapura Polres Manggarai Barat dengan tulisan dalam bahasa Manggarai 'Mai Go Ite' memantik pro dan kontra di masyarakat.
Gapura dengan tulisan 'Mai Go Ite' itu menjadi pintu utama ke Markas Polres Manggarai Barat yang terletak di Jalan Frans Lega, Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo.
Adapun tulisan 'Mai Go Ite' merukuk pada ajakan untuk datang ke tempat itu.
Ramai di media sosial
Dalam postingan akun Facebook Mabar Bicara Poadcast, tertulis Gapura utama Polres Manggarai Barat kini hadir dengan wajah baru — wajah yang benar-benar mencerminkan jati diri budaya Manggarai.
Tiga kata dengan delapan huruf itu mengandung makna kerendahan hati, kebanggaan, sekaligus keramahtamahan tuan rumah kepada siapa pun yang datang. Sebuah pesan sederhana namun hangat: “Feels like our own home.”
Baca juga: Polres Manggarai Barat Komit Berikan Rasa Aman Bagi Masyarakat dan Wisatawan di Labuan Bajo
Nilai itu sekaligus merefleksikan karakter personel Polres Manggarai Barat yang senantiasa responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang mereka layani.
Postingan tersebut melahirkan beberapa komentar dengan kalimat yang sinis dan pujian dari masyarakat pengguna media sosial Facebook.
Akun Yono Kostan Hania turut mengomentari postingan tersebut.
"Minus praktek,, diikuti emoji tertawa. Tak sama apa yang ditulis... Kenapa orang kalau mau jahat, awal awal terlihat manis dulu...," tulisnya.
Akun Gordhy Richardo menulis di kolom komentar menggunakan bahasa daerah Manggarai "Mai gho ITE Nia ata tilang aku nepisan 800 jadi 300 (mari sudah, siapa yang tilang saya dulu 800 jadi 300),"
Akun Lu Ky JanDur menulis "Mai gho ITE, pande SIM Dite Hitu ga 500k bayar na, (Mari sudah, buat SIM itu hanya 500 saja bayarnya), mau heran heran TPI ini nyata diikuti tiga emoji tertawa,"
Selain itu, akun Putra Warga Sekitar menulis di kolom komentar "Formalitas, dan utamakan pencitraan, yg Lain menyusul,"
Namun ada juga diantara para punggawa media sosial yang memberikan warna positif terhadap citra Polres Manggarai Barat. Salah satunya datang dari pemilik akun Aloysius Suhartin Karya Loius.
Ia menilai gapura utama yang ada di Polres Manggarai Barat kini menjadikan wajah baru bagi Polres Manggarai Barat.
"Wajah yang benar-benar mencerminkan jati diri budaya Manggarai," tulis Aloysius di akun Facebook-nya pada Senin (17/11/2025) lalu.
Menurutnya, tiga kata dengan delapan huruf itu mengandung makna kerendahan hati, kebanggaan, sekaligus keramahtamahan tuan rumah kepada siapa pun yang datang. Sebuah pesan sederhana namun hangat: "Feels like our own home".
"Nilai itu sekaligus merefleksikan karakter personil Polres Manggarai Barat yang senantiasa responsif terhadap kebutuhan masyarakat yang mereka layani," ungkapnya.
Selain itu, dalam postingan Aloysius itu turut di komentari Anthony Arno. Ia meminta agar personil Polres Manggarai Barat mengaplikasikan arti dari tulisan tersebut dalam tugasnya sehari-hari di tengah masyarakat.
Tanggapan Kapolres Mabar
Menanggapi berbagai komentar dari masyarakat, Kapolres Manggarai Barat, AKBP Christian Kadang, SIK., mengucapkan terima kasih atas apresiasi yang diberikan kepada institusinya.
"Terima kasih kepada masyarakat atas apresiasi maupun masukan yang diberikan kepada kami," kata Kapolres Mabar, saat dikonfirmasi Rabu (19/11/2025) siang.
Kapolres Christian menuturkan tulisan tersebut menandakan bahwa kami siap melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan setulus hati.
"Mai Go Ite tak hanya menjadi simbol budaya di depan pintu gerbang saja, tetapi juga wujud nyata dari semboyan Polri untuk masyarakat," tuturnya.
Ia juga menjelaskan pemasangan gapura dalam bahasa Manggarai tersebut bertujuan untuk memperkuat identitas budaya dan jati diri serta melestarikan warisan budaya.
"Sebagai daerah pariwisata super premium, warisan budaya lokal tidak boleh terpinggirkan apalagi sampai tergerus oleh pengaruh budaya asing," jelas Kapolres Christian.
Kapolres Christian juga menilai warisan budaya dan penegakan hukum bersifat saling memengaruhi satu sama lain dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Di sisi lain, warisan budaya yang mencakup "budaya hukum" atau sistem nilai-nilai di masyarakat juga memengaruhi cara hukum dipahami dan diterapkan.
"Warisan budaya membentuk nilai-nilai sosial masyarakat yang kemudian memengaruhi efektivitas penegakan hukum, sementara hukum menyediakan kerangka formal yang diperlukan untuk melindungi masyarakat," ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya juga mengungkapkan bahwa Polri adalah institusi yang siap menerima kritik serta selalu membuka diri untuk menerima masukan dan saran dari masyarakat sebagai bahan evaluasi menuju institusi yang lebih transparan dan profesional.
Dengan semangat terbuka dan responsif, Polri menegaskan komitmennya untuk terus bertransformasi menjadi institusi modern, adaptif, dan dekat dengan masyarakat.
"Kami selalu terbuka untuk perbaikan dan evaluasi. Semua masukan akan jadi bahan refleksi agar Polri bisa tampil sesuai harapan masyarakat," pungkas Mantan Danyon A Resimen III Pasukan Pelopor Korbrimob Polri itu. (moa)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.