Breaking News

Rote Ndao Terkini

K-SIGN, Strategi Jitu KKP RI Menyulam Debu Jadi Harapan di Negeri Sejuta Lontar 

Johanis (45) sibuk merapikan dan menyimpan jualannya. Sepertinya senja telah memberikan aba-aba ia harus kembali ke rumahnya.

Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/MARIO TETI
KICK OFF - Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono, DPR RI, Usman Husin, Gubernur NTT, Melki Laka Lena, Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk saat Kick Off pembangunan tahap pertama K-SIGN di Kecamatan Rote Timur, Selasa (3/6/2025) lalu. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Mario Giovani Teti

POS-KUPANG.COM, BA'A - Dua orang anak berlari kecil di atas hamparan tanah kapur yang membentang di pesisir pantai Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Jumat (14/11/2025). Pendar cahaya merekah di puncak bukit Daiama sore itu. 

Beberapa orang dewasa tampak menyaksikan tingkah dua orang anak bercengkrama ditemani angin senja sore itu.

Ratusan unit excavator berderet  menuntaskan sisa pekerjaan hari itu.

Senja di Pantai Daiama sore itu tampak berbeda. Aktivitas di pantai yang menjadi titik perbatasan Kecamatan Landu Leko dan Kecamatan Rote Timur tak seperti biasa.

Penulis menempuh perjalanan sejauh 44 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Ba'a (Ibukota Kabupaten Rote Ndao) untuk tiba di pesisir pantai ini. Laut tampak teduh sore itu. 

Baca juga: Wisata NTT,  Pesona Desa Wisata Daiama,  Panorama Alam Mulut Seribu yang Memikat Hati

Debu membumbung setinggi 1 meter ketika bucket excavator menggaris bibir tanah. Nyaring menutup debur ombak.

Johanis (45) sibuk merapikan dan menyimpan jualannya. Sepertinya senja telah memberikan aba-aba ia harus kembali ke rumahnya.

Pria asal Desa Daiama ini beberapa waktu terakhir sibuk berjualan makanan di lokasi proyek konstruksi Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN).

"Jual jajan, rokok, dan makanan ringan untuk para pekerja," ujarnya dengan nada suara serak.

 

Kian Ramai

Johanis menuturkan, wilayah Pantai Daiama sebelumnya adalah lahan tidur. Lahan ini membentang di sepanjang bibir pantai desa itu.

Wilayah ini juga sangat strategis lantaran menjadi salah satu desa yang berbatasan dengan dua kecamatan sekaligus yakni Kecamatan Landu Leko dan Kecamatan Rote Timur.

Menteri KKP lihat peta garam
PETA - Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono melihat peta K-SIGN usai Kick Off pembangunan tahap pertama K-SIGN di Kecamatan Rote Timur, Selasa (3/6/2025) lalu.


 
Meskipun merupakan lahan tidur, titik tersebut beberapa waktu terakhir dimanfaatkan masyarakat untuk membangun tambak garam. Meskipun demikian, tambak garam masih dalam skala kecil.

Usai dilaksanakan peresmian sebagai konstruksi Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) lokasi ini kian ramai. Setiap hari, ratusan pekerja mengoperasikan kendaraan alat berat di lokasi ini.

Bagi Johanis, suasana ini merupakan sesuatu yang berbeda. Pasalnya, pesisir pantai yang dahulu lengang, kini berubah wajah secara perlahan.

"Dahulu sepi, kini ramai. Ini berkah bagi kami," katanya singkat.

Johanis memiliki 3 orang anak. Ia berprofesi sebagai petani. Hasil kebun tidak menjanjikan. Oleh karena itu, bekerja serabutan menjadi pilihan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan pendidikan anak-anak.

Mengais Rejeki

Meskipun bekerja sebagai petani di Desa Daiama, Johanis tidak mau menyia-nyiakan kesempatan pembangunan proyek Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di pesisir pantai itu.

Setiap hari ia berjualan makanan, minuman dan jajan serta rokok di sekitar lokasi proyek. Sembari menyisihkan waktu membersihkan kebun menyambut musim hujan.

Beberapa hari terakhir, Johanis telah menuntaskan pekerjaan membersihkan kebun dan menyiapkan lahan menanti hujan. Oleh karena itu, ia menghabiskan lebih banyak waktu berjualan di pesisir pantai itu.

Dalam sehari ia bisa memperoleh omzet berkisar Rp. 50.000 sampai Rp. 100.000 dari hasil berjualan di sekitar kawasan proyek itu. Terkadang hasil jualannya tidak sesuai ekspektasi.

Meskipun demikian, berjualan di kawasan proyek ini menjadi pilihan bagi Johanis memastikan tungku api di dapur sederhana miliknya tetap menyala.

Beralih Pekerjaan 

Johanis mengatakan, jika Konstruksi Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) bakal memberikan pendapatan menjanjikan suatu saat nanti, ia berjanji bakal beralih bekerja di lokasi tambak garam.

Hal ini bukan tanpa alasan. Kondisi topografi Desa Daiama yang kurang strategis untuk petani menyebabkan hasil kebun tidak memberikan hasil menjanjikan.

excavator di lahan garam
AKTIVITAS - Sejumlah excavator melakukan aktivitas pembangunan tahap pertama K-SIGN di Kecamatan Rote Timur, Jumat (14/11/2025).

 

Banyak masyarakat di desa itu harus merantau ke luar daerah untuk bisa memperoleh pendapatan yang mumpuni.

Tidak hanya itu, beralih pekerjaan ini juga menjadi salah satu pilihan Johanis berupaya memastikan anak-anaknya tetap mengenyam pendidikan hingga ke bangku perguruan tinggi.

Bagi Johanis, tambak garam bukan sekadar pekerjaan, ia adalah simbol kehidupan yang menembus batas, mengubah pasir menjadi asa, air laut menjadi peluang.

Ia berharap, K-SIGN tidak hanya proyek besar untuk mencukupi kebutuhan garam masyarakat, melainkan doa yang terselip dalam setiap hektar tanah pesisir.

Negeri Sejuta Lontar 

Kabupaten Rote Ndao yang terletak di perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Australia merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi NTT yang berbatasan langsung dengan negara lain.

Kabupaten Rote Ndao memiliki luas 1.280,10 km⊃2;, yang meliputi daratan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Wilayah ini terdiri dari 11 kecamatan dan memiliki luas wilayah perairan sekitar 2.376 km⊃2;.

Selain menyajikan destinasi wisata yang menjanjikan di Pantai Nemberala, Kabupaten Rote Ndao menawarkan sejumlah destinasi wisata alam yang mempesona.

Kabupaten Rote Ndao dijuluki "Negeri Sejuta Lontar". Hal ini disebabkan oleh wilayah kabupaten ini yang banyak sekali ditumbuhi Pohon Lontar (yang dalam bahasa latin disebut Borassus flabellifer). 

Pohon ini merupakan sejenis palem yang tumbuh liar di daerah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.

Hal ini menjadi salah satu pemandangan unik. Nyaris semua wilayah Kabupaten Rote Ndao tumbuh Pohon Lontar.

Butiran Investasi, Harapan yang Ditabur

Konstruksi Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) merupakan salah satu proyek strategis nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dilaksanakan di Kabupaten Rote Ndao.

Dengan investasi Rp 1,603 triliun untuk tahap satu dan dua, pembangunan bertahap hingga 2027 akan menjadikan Rote Ndao sebagai pusat produksi garam nasional. 

Anggaran pembangunan tahap satu senilai Rp 392,84 miliar untuk pekerjaan lahan, Rp 322,13 miliar untuk infrastruktur serta Rp 34,93 miliar untuk bangunan gedung. 

Tahap dua menghabiskan anggaran Rp 479,92 miliar untuk pekerjaan lahan, Rp 168,21 miliar untuk infrastruktur dan Rp 204,98 miliar untuk bangunan gedung.

Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk, menegaskan, proyek ini bukan sekadar angka namun, lebih daripada itu proyek tersebut bakal menjadi pemantik ekonomi baru masyarakat Kabupaten Rote Ndao.

"Dampak ekonominya bisa mencapai Rp 4,86 triliun, PAD meningkat Rp 150 miliar per tahun dan puluhan ribu peluang kerja tercipta, serta pertumbuhan PDRB daerah hingga 100 persen dengan laju ekonomi 8-10 persen per tahun," ucapnya. 

Diperkirakan juga akan muncul 500-1.000 UMKM baru, peningkatan kebutuhan pangan sebesar Rp 75-Rp 150 miliar per tahun serta pertumbuhan sektor pariwisata dengan potensi pengunjung 10.000-50.000 orang per tahun.

Dikatakan Paulus, dengan target produksi 2,6 juta ton garam per tahun, dari 10 zona produksi dengan produktivitas 200 ton per hektar, setiap butir garam seakan menorehkan janji masa depan yang lebih sejahtera bagi masyarakat pesisir.

Masyarakat Inti, Bukan Penonton

Dikatakan Paulus, yang membuat K-SIGN berbeda adalah pendekatannya. Masyarakat tidak diperlakukan sebagai objek, tetapi subjek pembangunan. 

Warga dilibatkan sebagai tenaga kerja, peserta pelatihan dan penerima beasiswa. Hal ini menjadi sebuah harapan yang dinantikan selama ini.

"Kami ingin masyarakat menjadi bagian dari setiap butir garam yang lahir dari tanah dan laut mereka," ucap Paulus. 

Ia menuturkan, dukungan koperasi nasional dan teknologi memastikan petani lokal menjadi pemilik usaha, bukan sekadar buruh. 

Sinergi Laut, Teknologi, dan Harapan

Gubernur Nusa Tenggara Timur, Melki Laka Lena, menegaskan dukungan penuh terhadap pengembangan industri garam di Rote Ndao. 

"Program ini sejalan dengan visi pembangunan daerah. Kami ingin melihat Rote Ndao tumbuh menjadi pusat produksi garam nasional yang modern dan mandiri," lugasnya.

TBERWISATA - Penduduk lokal berwisata di lokasi pembangunan K-SIGN, di Kecamatan Rote Timur, Jumat (14/11/2025).
TBERWISATA - Penduduk lokal berwisata di lokasi pembangunan K-SIGN, di Kecamatan Rote Timur, Jumat (14/11/2025). (POS-KUPANG.COM/MARIO TETI)

 


Menurutnya, sinergi antara koperasi, teknologi, dan regulasi menjadi kunci sukses pengembangan industri garam berkelanjutan. 

"Langkah ini tidak hanya meningkatkan produksi, tapi juga memberdayakan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ekonomi daerah," tambah Melki.

Ketua Koperasi Produsen Kristal Laut Nusantara, Anwar Kurniawan, mengatakan Rote Ndao memiliki potensi besar berkat garis pantai panjang dan salinitas tinggi.

Dengan dukungan teknologi dan pendekatan koperasi, garam Rote Ndao diyakini mampu bersaing di pasar nasional hingga internasional. 

"Setiap tetes keringat masyarakat tercermin dalam kristal garam yang bersinar di bawah matahari, simbol kemandirian dan kesejahteraan yang nyata," katanya.

Garam, Laut, dan Janji Kesejahteraan dari KKP

Sejak peresmian tahap pertama K-SIGN pada 3 Juni 2025 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, harapan itu mulai menjadi nyata. 

Pemerintah Pusat mengalokasikan dana Rp 2 triliun untuk pembangunan kawasan seluas 1.193 hektar, yang kini menjadi saksi kebangkitan ekonomi, lapangan kerja dan impian masyarakat pesisir.

Masyarakat pun menganugerahkan gelar adat "Manek Mana Nale Tasik" Pangeran Laut yang Membawa Berkah dari Laut, kepada Menteri Trenggono sebagai penghormatan atas perhatian pemerintah pusat. 

Gelar tersebut disematkan langsung oleh Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk. Penyematan gelar itu juga adalah bentuk apresiasi masyarakat Rote Ndao kepada Menteri Trenggono yang telah memberikan harapan besar bagi pembangunan garam nasional di Rote Ndao.

Menteri Trenggono berharap, pembangunan K-SIGN menjadi penggerak utama industri garam nasional. Selain itu proyek diperkirakan bakal membuka lapangan kerja bagi sekitar 26.000 orang. 

Proyek ini juga diyakini akan menjadi solusi bagi persoalan sosial di wilayah Rote Ndao, termasuk kemiskinan ekstrem dan stunting.

Diterangkan lebih lanjut, proyek ini sejalan dengan Perpres Nomor 17 Tahun 2025, yang menargetkan Indonesia mencapai swasembada garam pada tahun 2027.

Bagi Menteri Trenggono, garam dari Rote Ndao kini bukan sekadar komoditas, ia adalah simbol dari harapan, kerja keras dan masa depan yang tumbuh dari laut selatan Nusantara. (rio)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved