Flores Timur Terkini

Petani Semangka di Flores Timur Dirugikan, Dapur MBG Pakai Buah dari Luar

Sesampainya ke tujuan, ceritanya, terungkap bahwa persediaan semangka masih banyak dan mencukupi.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO-ALFIANO
SEMANGKA-Buah semangka milik petani di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, bernama Alfiano. Ia mengaku buah semangkanya ditolak pengelola dapur MBG saat menjualnya secara langsung. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diharapkan mengutamakan pemberdayaan petani lokal di Kabupaten Flores Timur, NTT, justru berbanding terbalik.

Petani setempat mengaku semangka yang mereka jual tak diterima pengelola dapur.

Alfiano (30), petani semangka asal Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, baru-baru ini pergi ke bebebrapa Dapur MBG di Larantuka untuk menjual semangka dengan harga Rp 15.000 per kilogram.

Sesampainya ke tujuan, ceritanya, terungkap bahwa persediaan semangka masih banyak dan mencukupi.

Yang mengiris hatinya, buah semangka dicurigai bukan didatangkan dari petani lokal.

Baca juga: Cerita Nakes PKM Boru Flores Timur, Selamatkan Pasien Hingga Bersembunyi di Kolong Meja

"Mereka bilang 'maaf, buahnya sudah ada jadi tidak bisa ambil'. Sebelumnya kami sudah tukar nomor kontak, mereka janji untuk beli ke petani lokal, padahal kebanyakan buahnya itu bentuknya panjang, itu kan yang dari Makasar bukan dari petani kita," ujar Alfiano, Selasa, 28 Oktober 2025 pagi.

Penyintas korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ini menanam semangka tanpa bahan kimia di perkebunan yang juga menghampar timun-timun segar.

Harapan petani untuk menjadi supplier buah ke Dapur MBG di tengah kesulitan ekonomi akibat bencana itu semakin pupus.

Alfiano merasa dirugikan dengan mekanisme pengelola dapur MBG yang tak mementingkan petani asli Flores Timur. Padahal, menurutnya, program Presiden Prabowo Subianto itu juga bertujuan mensejahterakan petani. 

Menurutnya, memetingkan buah dari luar akan merugikan petani dari sisi pendapatan. Petani juga kehilangan akses pasar sebesar program MBG tersebut.

"Kalau tidak laku, orang mau tanam juga harus pikir-pikir. Lalu kami punya semangka yang tak laku ini mau dikemanakan, terpaksa dijadikan makanan ternak," pungkasnya.

Diharapakan bagi siapapun pihak yang mengelola dapur MBG untuk tidak mencari keuntungan sebesar-beesarnya, termasuk mendatangkan buah dari luar daerah yang justru mematikan usaha petani lokal.

Informasi yang dihimpun, Negara memberikan kompensasi berupa uang untuk sewa tanah, bangunan, peralatan dapur, hingga kendaraan.

Sementara itu, Person In Charge (PIC) atau penanggungjawab pada suatu Dapur MBG yang didatangi Afliano, mengatakan pihaknya sedang ada kesibukan sehingga belum bisa diganggu.

"Nanti bisa sama kepala dapurnya saja, tetapi kami masih sedikit sibuk," ujar PIC yang saat dikonfirmasi mengaku bernama, Relyn. Tidak lama setelah itu, panggilan telepon terputus. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved