Tragedi Berdarah di TTU

Psikolog Undana Abdi Keraf Prihatin dengan Insiden Berdarah Renggut Tiga Nyawa di Desa Amol 

Psikolog Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Abdi Keraf, mengaku prihatin dengan insiden pembacokan yang merenggut nyawadi Desa Amol.

|
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Apolonia Matilde
POS-KUPANG.COM/HO
PSIKOLOG UNDANA - Psikolog Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Abdi Keraf 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon 


POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Psikolog Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, AbdI Keraf, mengaku prihatin dengan insiden pembacokan yang merenggut nyawa tiga orang yang terdiri dari dua orang perempuan dewasa dan satu orang anak perempuan di Desa Amol, Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Menurutnya, di tengah kehidupan masyarakat ada kondisi kehidupan keluarga tertentu yang mesti perlu ditolong oleh sesama warga sekitar.

Dampak dari insiden tersebut tidak hanya akan menimpa keluarga korban tetapi juga akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar TKP.

Pemerintah, aparat penegak hukum, berbagai lembaga dan pihak terkait tidak boleh melihat kasus ini sebagai kasus yang terjadi satu kali. Kasus ini mesti menjadi perhatian semua pihak secara bersama.

Abdi menegaskan, kondisi mabuk alkohol bukan merupakan motif. Namun, mabuk adalah kondisi psikologis seseorang yang menggambarkan bahwa ketika ada intensitas mengonsumsi alkohol secara rutin.

"Bisa jadi ada tekanan-tekanan psikologi yang tidak pernah terurai dengan baik dimana ada situasi-situasi psikologi yang selama ini tidak tersalurkan. Relasi dengan istri misalnya, relasi dengan keluarga misalnya," kata Abdi.

Selain itu, perilaku pelaku ini juga bisa saja disebabkan tekanan-tekanan ekonomi dimana pelaku ketiadaan pekerjaan atau faktor penyebab lainnya.

Meskipun kondisi mabuk bukan sebuah motif namun, mabuk bisa mencerminkan ada tekanan psikologis yang selama ini terus berkelanjutan dalam kehidupan pelaku. Karena pelaku sedang dalam kondisi psikologis yang tidak pernah terselesaikan.

Oleh karena itu, mengonsumsi alkohol menjadi salah satu pilihan menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya tidak selesai. Mabuk yang terus menerus dari aspek psikologi bisa memperburuk impuls distorsi persepsi, kehilangan kontrol diri. Hal ini menyebabkan konflik internal meluas menjadi konflik dengan orang lain. 

"Kita bisa melihat bahwa ada relasi yang selama ini dipendam sehingga mendorong adanya kemarahan, kesedihan, kehilangan kontrol yang sangat kuat. Ditambah kondisi di bawah mabuk alkohol itu bisa saja ada kondisi tertentu yang memicu individu tertentu yang menjadi kacau," pungkasnya. (bbr)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
 
 

 

 

 

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved