Internasional Terkini
Jejak Panjang She Zhijiang, Bos Besar Scam Myanmar yang Diekstradisi ke China
Pria berusia 43 tahun yang juga berpaspor Kamboja itu ditahan di Thailand sejak 2022
POS-KUPANG.COM, NAYPIYDAW - Bos besar jaringan penipuan (scam) internasional di Myanmar, She Zhijiang diekstradisi dari Thailand ke negara asalnya, China, pada Rabu (12/11/2025).
She memiliki jejak panjang terkait tuduhan sebagai tokoh kunci di balik pusat penipuan daring (online scam) Shwe Kokko di Myanmar.
Pria berusia 43 tahun yang juga berpaspor Kamboja itu ditahan di Thailand sejak 2022 setelah buron selama lebih dari sepuluh tahun.
Baca juga: Keanggotaan Penuh Timor Leste di ASEAN Terancam Sikap Junta Militer Myanmar
“She Zhijiang diterbangkan dari Bandara Suvarnabhumi Bangkok sekitar pukul 16.30 waktu setempat,” ujar polisi Thailand dikutip dari AFP melalui Kompas.com.
Menurut petugas tersebut, pengusaha itu dikawal ketat oleh aparat bersenjata dan bermasker dari kantor polisi bandara. Pengawalan semacam itu tergolong tidak lazim di Thailand.
Rekam jejak She Zhijiang
Pengadilan banding Thailand baru-baru ini mengabulkan permintaan ekstradisi dari Pemerintah China setelah melalui proses hukum panjang.
Interpol mengeluarkan red notice terhadap She pada Mei 2021. Dalam dokumen itu disebutkan, ia menghadapi tuntutan pidana di China karena menjalankan operasi perjudian dan penipuan daring.
Perusahaan milik She, Yatai International Holdings Group, sudah disanksi oleh Amerika Serikat dan Inggris. Washington menuduh perusahaan itu mengubah desa di perbatasan Myanmar-Thailand menjadi kota perjudian bernama Shwe Kokko, yang menjadi sarang kejahatan seperti perdagangan narkoba, prostitusi, dan online scam lintas negara.
“Shwe Kokko menjadi salah satu pusat penipuan daring paling terkenal di perbatasan Myanmar, yang berkembang pesat sejak pecahnya perang saudara pada 2021,” tulis laporan AFP.
Pusat-pusat penipuan daring seperti Shwe Kokko menjadi sorotan dunia karena praktik kejahatannya.
Menurut laporan PBB, korban penipuan di Asia Tenggara dan Timur saja menderita kerugian hingga 37 miliar dollar AS (sekitar Rp 620 triliun) sepanjang 2023. Angka global diperkirakan jauh lebih besar.
Modus penipuan mencakup skema asmara palsu hingga investasi bodong, dilakukan pekerja migran yang sebagian besar adalah korban perdagangan manusia.
China sendiri memimpin upaya internasional untuk menumpas pusat-pusat penipuan tersebut.Beijing semakin gencar bertindak setelah banyak warga China menjadi korban atau secara paksa direkrut ke industri penipuan.
Bulan ini, otoritas "Negeri Panda" menjatuhkan hukuman mati terhadap lima orang atas keterlibatan mereka dalam jaringan online scam di wilayah Kokang, Myanmar.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Bos-besar-scam-Myanmar-asal-China-She-Zhijiang-saat-dikawal-Polisi-Thailand.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.