Opini
Opini - Internet dan AI, Empat Strategic Initiative Memperkuat Pers Indonesia
Karena disrupsi internet dan artificial intelligence (AI), setidaknya ada empat strategic initiative untuk membangun pers yang sehat.
Oleh: Dahlan Dahi
(Ketua Komisi Digital dan Sustainability Dewan Pers)
POS-KUPANG.COM - Karena disrupsi internet dan artificial intelligence (AI), setidaknya ada empat strategic initiative untuk membangun pers yang sehat.
Pers yang sehat –yang mampu melayani publik dan berpihak kepada masyarakat– sangat penting agar pers bisa menjalankan fungsinya membangun pendapat publik dan menjadi pilar keempat demokrasi.
Masalah Strategis
Internet adalah sistem yang menghubungkan komputer dengan komputer, yang memungkinkan komputer bisa berkomunikasi.
Komunikasi itu bisa terjadi antara satu komputer dengan komputer lainnya (one to one), satu komputer dengan lebih dari satu komputer (one to many) atau lebih dari satu komputer dengan lebih dari satu komputer lain (many to many). Komunikasi tersebut terjadi dalam jaringan.
Tahun 1969 ditandai sebagai kelahiran internet ketika ARPANET (Advanced Research Projects Agency Network) berhasil mengirimkan pesan pertama dari satu komputer ke komputer lain di UCLA. Pada mulanya, internet adalah proyek militer (Departemen Pertahanan AS).
Komputer makin masif dengan hadirnya telepon pintar atau smartphone (2007), yang memiliki kapasitas sistem komputasi yang tidak kalah dari personal computer (PC).
Produk yang banyak digunakan publik di era internet, antara lain, Google (didirikan 2018), Facebook, dan Tiktok. Dalam dunia pers, mereka sering disebut sebagai platform.
Artificial Intelligence atau AI (konsep awalnya dimulai tahun 1940-an, yang semula berkembang di dunia penelitian) adalah sistem yang diberi kemampuan berpikir seperti manusia —dengan memanfaatkan kekayaan informasi dari jaringan komputer.
ChatGPT adalah produk AI untuk publik, dirilis November 2022 dan segera populer di dunia pers. Lalu disusul Gemini (Google) dan Copilot (Microsoft).
Pers, sementara itu, adalah lembaga yang mencari, mengolah, dan mendistribusikan berita. Berita yang disebarluaskan membentuk pendapat publik, membangun memori kolektif (collective imagination), dan mengontrol jalannya kekuasaan. Karena perannya yang strategis itulah, pers disebut sebagai pilar keempat demokrasi.
Mesin cetak yang ditemukan Gutenberg memasuki fase komersialisasi 1454. Semula dipakai untuk mencetak kitab suci, temuan Gutenberg ini menjadi semacam “internet atau AI” bagi surat kabar –lembaga yang memungkinkan demokrasi skala besar bekerja dengan efisien.
Fungsi pers seperti menyebarkan informasi dan menghibur, dengan internet dan AI, makin banyak diambil alih platform dan para kreator –sebutan untuk orang atau lembaga yang, seperti pers –mencari, mengolah, dan menyebarkan– informasi. Yang sulit digantikan adalah fungsi pers membangun pendapat publik, collective imagination, dan demokrasi. Peran pers sebagai sumber informasi yang kredibel, netral, dan berpihak kepada publik juga sulit digantikan.
Nilai-nilai demokrasi, termasuk kebebasan pers dan kesetaraan perempuan serta hak yang sama bagi semua orang, adalah human invention, diciptakan. Dia tidak lahir bersama lahirnya umat manusia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.