KKB Papua
Soal Kerusuhan Yalimo, Tokoh Adat Papua Ajak Warga Tak Terprovokasi Hoaks OPM
Kepala Suku Elelim, Musa Yare, menilai peristiwa di Yalimo telah menimbulkan kerugian besar, baik secara materiil maupun sosial.
POS-KUPANG.COM, YALIMO - Kerusuhan pecah di Yalimo, Papua Pegunungan pada Selasa (16/9/2025) pagi. Kerusuhan itu menyebabkan tiga orang tewas.
Tokoh adat Papua mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi isu dan hoaks yang disebarkan Kelompok Kriminal Bersenjata Papua (KKB Papua) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM) terkait kerusuhan itu.
Kepala Suku Elelim, Musa Yare, menilai peristiwa di Yalimo telah menimbulkan kerugian besar, baik secara materiil maupun sosial, sehingga tidak boleh merembet ke daerah lain.
“Peristiwa yang terjadi di Kabupaten Yalimo sangat disayangkan. Sebagai tokoh adat dan kepala suku, saya sangat berharap agar situasi di Yalimo segera membaik dan kondusifitas dapat kembali terjaga,” kata Musa dikutip dari Minews, Kamis (18/9/2025).
Baca juga: Didakwa Pasok Senjata untuk KKB Papua, 2 Pria Australia Terancam 10 Tahun Penjara
Musa mengajak seluruh elemen masyarakat bekerja sama dengan TNI, Polri, dan pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas.
“Mari kita bersama-sama menahan diri, tidak terpengaruh oleh provokasi maupun isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan justru memperkeruh keadaan,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Jayawijaya, Herman Doga. Ia menegaskan pentingnya menjaga keamanan wilayah agar tidak terpengaruh konflik dari luar.
“Ini daerah aman dari dulu sampai sekarang. Kita tidak boleh ikut pengaruh orang lain masuk ke wilayah kita. Kita harus jaga pembangunan ini supaya aman dan tidak rusak,” ujar Herman.
Herman juga berpesan agar masyarakat terus menjaga keamanan di rumah, gereja, maupun honai. Menurutnya, kedamaian dan persatuan adalah fondasi utama bagi kemajuan Papua.
Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Candra Kurniawan menegaskan, kabar yang menuding aparat menembak mati pelajar di Yalimo adalah berita bohong.
Hoaks tersebut dinilai sengaja digulirkan untuk memicu keresahan dan mengadu domba antara aparat dengan masyarakat.
Baca juga: Dua Pria Australia Jaringan Pemasok Senjata ke KKB Papua Akan Disidang Oktober
“Jangan terhasut dan terprovokasi berita hoaks dari OPM. Mari kita ciptakan rasa aman dan damai di Tanah Papua,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Candra menambahkan, OPM sengaja menyebar informasi palsu sebagai bagian dari propaganda untuk memanaskan situasi.
“Tidak benar berita itu, tidak benar aparat TNI melakukan penembakan dan tidak benar melakukan pengedropan pasukan ke wilayah Yalimo,” pungkasnya.
Adapun kerusuhan Yalimo diduga dipicu isu ujaran kebencian terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Tiga korban tewas dalam kerusuhan itu, yakni anak bernama Sadrak Yahame yang tewas kena tembak serta Nasid Daeng Mappa (44) dan anaknya, Arsya Dafa (9), yang tewas terbakar di dalam mobil.
"Nasir Daeng Mappa dan anaknya, Arsya Dafa, meninggal dunia karena terbakar di dalam mobil. Sementara Sadrak Yohame tewas tertembak," kata Kepala Operasi Damai Cartenz Brigjen Faizal Ramadhani.
Dia mengatakan seorang bocah lain, Atifa (10), menderita luka sayatan di leher dan kini sedang menjalani perawatan medis. Selain warga sipil, tiga personel TNI AD Satgas Maleo Kopassus mengalami luka karena dipanah.
Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Adarma Sinaga mengatakan sejumlah polisi juga terluka. Polisi yang terluka sedang dirawat.
Kerusuhan yang pecah di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo,itu diduga dipicu ujaran kebencian yang melibatkan siswa di SMAN 1 Yalimo. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.