Jalaur Strategis Timor Leste di ASEAN, Mengubah Akses Menjadi Dampak

AFTA, yang diimplementasikan pada tahun 1993, bertujuan untuk menurunkan tarif intra-ASEAN hingga di bawah 5 % . Selain itu, RCEP, yang mencakup ASEAN dan mitra-mitra perdagangan bebasnya, menyumbang hampir 50 % populasi dunia dan sekitar 30 % PDB global.

Kedua perjanjian ini bertujuan untuk menurunkan hambatan perdagangan, meningkatkan akses pasar, dan mendukung usaha kecil dan menengah.

Kedua perjanjian ini juga menekankan peran sentral ASEAN dalam membentuk masa depan ekonomi kawasan sekaligus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan seimbang yang menguntungkan semua negara anggota.

Karena Timor Leste menghadapi keterbatasan ekonomi yang sempit dan bergantung pada sumber daya, keanggotaan ASEAN dapat berfungsi sebagai kekuatan katalis untuk reformasi, yang memungkinkan negara tersebut untuk mendiversifikasi basis ekonominya, menarik investasi sektor swasta, dan meningkatkan tata kelola kelembagaannya.

Namun, meskipun ASEAN berkomitmen untuk memajukan pemerataan pembangunan di negara-negara anggotanya dan Timor Leste telah memupuk hubungan antar-masyarakat yang kuat dengan negara-negara anggota ASEAN, khususnya dalam perawatan kesehatan, pendidikan, dan mobilitas tenaga kerja, manfaat integrasi tidak otomatis.

Integrasi yang sukses ke dalam komunitas ekonomi ASEAN akan membutuhkan lebih dari sekadar diplomasi atau menandatangani perjanjian perdagangan; hal itu menuntut kesiapan struktural dan penyelarasan strategis dengan norma-norma ASEAN.

Tanpa mengatasi inefisiensi birokrasi, ketidakstabilan politik, dan ketergantungan yang berkelanjutan pada pendapatan minyak, Timor Leste berisiko tetap bergantung pada impor barang dan jasa ASEAN. (*)

Ikuti berita terbaru POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS