Radikalisme Ancam Persatuan, Lingkungan Sosial Harus Jadi Benteng

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro

POS-KUPANG.COM, KUPANG — Plh. Kasatgaswil NTT Densus 88 AT Polri, Kombes Pol. Sri Astuti Ningsih, S.Sos, menegaskan bahwa radikalisme, intoleransi, dan terorisme membawa dampak serius bagi kehidupan masyarakat.

Hal itu ia sampaikan dalam Seminar 150 Tahun SVD yang mengangkat isu lingkungan hidup dan misi kemanusiaan, Sabtu (30/8/2025), di Ballroom St. Hendrikus, Rektorat Universitas Widya Mandira Kupang.

Menurut Sri Astuti, paham radikal dapat menumbuhkan perpecahan sosial, memicu kecurigaan, serta menimbulkan konflik horizontal antar kelompok masyarakat. 

Lebih jauh, radikalisme juga menggerus nilai kebhinekaan, sehingga rasa persatuan, gotong royong, dan toleransi terkikis.

“Terorisme menciptakan ketakutan sehingga masyarakat kehilangan rasa aman. Bahkan ekstremisme bisa menghancurkan jaringan sosial dengan memisahkan individu dari lingkungannya hanya karena perbedaan ideologi,” tegasnya.

Ia juga menyoroti kerentanan generasi muda yang mudah dipengaruhi paham radikal melalui media sosial maupun jaringan tertentu. 

Karena itu, ia mendorong masyarakat untuk memperkuat ketahanan sosial agar ideologi radikal tidak berkembang.

Baca juga: Selamatkan Bumi Bisa Dimulai dari Rumah

Sri Astuti mengingatkan, NTT dikenal sebagai Nusa Terindah Toleransi, di mana tingkat toleransi masyarakatnya menjadi contoh bagi daerah lain. 

Untuk mempertahankan hal itu, menurutnya, lingkungan sosial harus menjadi benteng utama dalam menghadapi radikalisme.

Ada lima hal penting yang perlu diperkuat:

1. Pendidikan multikultural

2. Dialog antar iman

3. Keadilan sosial dan ekonomi

4. Peran komunitas dan gereja

5. Kolaborasi lintas sektor

“Kesatuan bangsa harus dijaga bersama.Dengan memperkuat peran sosial, budaya, dan komunitas lintas sektor, kita dapat membentengi masyarakat dari pengaruh radikal,” pungkasnya. (uge)