Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 23 Agustus 2025, “Mengajarkan Tapi Tidak Melakukannya”

Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD
Hari Sabtu Pekan Biasa XX
Sabtu,  23 Agustus  2025
Bacaan I: Rut 2: 1-3.8-11;4: 13-17
Injil:  Mat. 24: 1-12

“Mengajarkan Tapi Tidak Melakukannya”

Saudari/a terkasih dalam Kristus

Salam sejahtera untuk kita semua. Dalam bacaan hari ini, kita dihadapkan pada dua situasi yang berbeda namun saling terkait: kebaikan Boas terhadap Rut dan peringatan Yesus terhadap kemunafikan para ahli Taurat dan orang Farisi.

Tema "Mengajarkan tapi tidak melakukannya" mengajak kita untuk merenungkan tentang pentingnya keselarasan antara perkataan dan perbuatan, serta bagaimana kita dapat menghindari kemunafikan dalam hidup kita.

Saudari/a terkasih dalam Kristus

Pada bacaan pertama dari kitab Rut 2:1-3, 8-11; 4:13-17, kita membaca tentang bagaimana Boas menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati kepada Rut, seorang perempuan Moab yang miskin dan asing. Ia mengizinkannya untuk memungut jelai di ladangnya, melindunginya dari gangguan, dan memberinya makanan dan minuman.

Boas juga memuji Rut atas kesetiaannya kepada Naomi, ibu mertuanya. Kemudian, Boas menebus Rut dan menikahinya, sehingga ia menjadi bagian dari keluarga Israel dan leluhur Raja Daud. Kisah ini menunjukkan pentingnya menunjukkan kasih dan kebaikan kepada orang lain, terutama mereka yang membutuhkan pertolongan dan perlindungan.

Sedangkan dalam Injil Matius 23:1-12, Yesus berbicara kepada orang banyak dan murid-murid-Nya tentang ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia berkata, "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.

Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." Yesus mengecam kemunafikan mereka, karena mereka suka mengikat beban-beban berat lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya dengan jari pun.

Mereka melakukan segala pekerjaan hanya untuk dilihat orang, suka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang, suka tempat utama di perjamuan dan tempat terhormat di rumah ibadat, suka dihormati di pasar dan dipanggil Rabi.

Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk tidak mencari gelar kehormatan, karena hanya ada satu Guru, yaitu Kristus, dan mereka semua adalah saudara. Ia juga mengatakan bahwa yang terbesar di antara mereka haruslah menjadi pelayan.

Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Refleksi atas permenungan kita ini adalah tentang Keteladanan: Apakah kita menjadi teladan yang baik bagi orang lain dalam perkataan dan tindakan kita?

kita menghidupi apa yang kita ajarkan? Kemunafikan: Apakah kita terjebak dalam kemunafikan, melakukan sesuatu hanya untuk dilihat dan dipuji oleh orang lain? Apakah kita memeriksa hati kita dan memastikan bahwa motivasi kita benar?

Pelayanan: Apakah kita melayani dengan rendah hati, tanpa mencari kehormatan atau pengakuan? Apakah kita mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri?

Halaman
12

Berita Terkini