Ketiga, kunjungan Menko AHY juga adalah signal kuat yang diberikan kepada masyarakat NTT bahwa pemerintah pusat mulai melakukan transformasi ekonomi berbasis lokal.
Pertanian, peternakan, perikanan, dan pariwisata harus ditata sedemikian rupa agar bisa memberi nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Bukan sebaliknya. Karena itu persiapan sumber daya lokal juga menjadi bagian penting yang perlu mendapat perhatian pusat. Ini penting agar pembangunan yang dilaksanakan tidak memarginalkan penduduk setempat.
Keempat, kunjungan Menko juga adalah sebuah harapan bahwa investasi pada manusia akan menjadi prioritas utama pemerintah pusat.
Pendidikan dan kesehatan rakyat NTT harus ditangani serius agar generasi baru memiliki daya saing.
Penyakit TBC, stunting, dan malaria ketika daerah-daerah lain dinyatakan bebas, di NTT justeru masih berkembang dan memakan korban banyak.
Dalam spektrum yang lebih luas, kehadiran Menko Infrastruktur AHY secara fisik di Sumba Timur tentu bukan sekadar sebagai pejabat negara.
AHY adalah sosok muda yang membawa harapan baru dalam politik Indonesia.
Dengan latar belakang militer, pendidikan tinggi, dan pengalaman kepemimpinan, AHY diharapkan membawa energi baru bukan hanya untuk pembangunan NTT. Tapi juga untuk Indonesia.
Ada pesan penting lain dari perjalanan Menko AHY ke Sumba Timur bahwa pembangunan Indonesia Timur yang sudah begitu lama dianaktirikan harus menjadi prioritas nasional.
Selama ini, NTT sering dipandang sebagai provinsi yang sepenuhnya bergantung pada belas kasihan dan pertolongan Tuhan. Makanya NTT sering dipelesetkan Nanti Tuhan Tolong.
Pelesetan ini sekadar menegaskan bahwa NTT adalah daerah tidak penting bahkan sering dilihat sebagai beban pusat. Kehadiran Menko AHY tentu membawa harapan baru.
Harapan akan adanya kehendak kuat dari pusat untuk mengubah paradigma itu: bahwa NTT bukan lagi beban, melainkan bagian penting dari Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi masyarakat NTT harus menjadi problem pusat sehingga tidak lagi diserahkan kepada NTT sendirian untuk mengatasinya, harus diambil alih menjadi bagian penting dari strategi pembangunan nasional.
Cara pandang ini harus dengan pendekatan baru bahwa susahnya NTT adalah susahnya negara. Begitu juga senangnya NTT harus juga menjadi senangnya pusat.