Vervolgschool adalah sekolah lanjutan dari sekolah rakyat (Volksschool) yang dikelola oleh misi Katolik.
Lama masa belajar di Vervolgschool yang dilengkapi dengan asrama itu adalah tiga tahun.
Para murid belajar banyak pengetahuan dari guru-guru yang diawasi langsung oleh Pater Wolters.
Selain itu, Pater Wolters juga mengajar di Vervolgschool tersebut dan mengawasi beberapa Sekolah Rakyat milik misi Katolik di sekitar Weetebula.
Kesaksian salah satu misionaris Societas Verbi Divini yang berkarya di Sumba saat itu, Pater Heinrich Limbrock, SVD juga mengungkapkan sosok Pater Wolters.
Empat bulan setelah ia tiba di Sumba, Pater Limbrock menulis surat kepada pimpinan Societas Verbi Divini di Roma-Italia pada tanggal 21 Juni 1934.
“Di Sumba ada kemajuan. Itu semua berkat rahmat dan pertolongan Tuhan. Sebuah sekolah yang kita rencanakan, besok Agustus sudah dapat dibuka. Di samping itu kita masih merencanakan satu sekolah lagi. Orang-orang mendesak kami secara resmi. Ketika mereka datang mengajukan permohonan, mereka juga membawa daftar 100 nama calon murid sekolah”, tulis Pater Limbrock.
“Sejak tenaga imam yang kedua ada di sini, P. J. Wolters, orang-orang rupa-rupanya mengharapkan lebih banyak. Memang kita sekarang juga mampu mengadakan lebih banyak kegiatan. Kita dapat mempermandikan anak lebih banyak, karena ada kepastian lebih kuat, bahwa pendidikan Katolik akan lebih terjamin”, sambung Pater Limbrock.
Selanjutnya, jumlah murid Vervolgschool di Weetebula meningkat menjadi 200 orang dalam kurun antara tahun 1936 sampai dengan 1940 di bawah pimpinan Pater Wolters yang populer.
Ia sibuk mengajar dan membimbing anak-anak di asrama. Tak lupa, Pater Wolters juga memberikan semangat kepada mereka.
Bersama Pater Limbrock, ia membuka Sekolah Latihan Pertanian di Weelonda. Hingga Mei 1942, kurang lebih ada 11 sekolah milik misi Katolik yang tersebar Weetebula dan sekitarnya dengan total jumlah murid sebanyak 1.000 orang.
Sejumlah orang muda Sumba pun dikirim ke Flores untuk mengikuti pendidikan di beberapa sekolah milik misi Katolik yang ada di sana. Selain itu, ada juga yang mengikuti kursus pertukangan, tata busana, perbengkelan, dan lain-lain.
Pada masa itu, Pater Wolters telah membangun jembatan peradaban untuk anak-anak di Sumba. Ia bukan hanya sekedar mendidik, tetapi mengantar mereka kepada situasi baru di luar Pulau Sumba.
Dalam diri Pater Wolters melekat spirit keguruan profetis yang menunjang pembentukan makna autentik dari pendidikan.
Sejatinya, pendidikan adalah proses mengantar orang keluar dari kekerdilan dan ketidaktahuan menuju rasa percaya diri dan pengetahuan, dari penjara ketakutan menuju keberanian melangkah ke masa depan.