Opini

Opini: Orang Muda dan Maskot Babi

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Stef Sumandi

Ada syair yang saya masih ingat sepenggal begini (kalau saya keliru mohon dikoreksi):  A’u topo ina nian tana wawa. Plawi ama lero wulan reta. A’u tiat nora kumak plikang, dokang nora waten lok. Himo tio dear bela, nora mora waten sawe. Gemu leu wa ‘aun, gemer leu romung ‘aun. Ia na dena ami ulit di naha blatan ganu wair, ‘ama amin  di naha bliran ganu bao.  Saing duden sape dadin. 

Sepenggal syair adat yang saya masih ingat ini, kira-kira terjemahan sebagai berikut: saya mengundang ibu di Bawah bumi dan bapak di atas langit. Saya persembahkan kuku dan hati (babi). Agar engkau dapat menutup mulut dan mengatup congormu. Sehingga kulit kami dingin seperti air dan badan kami segar/sejuk seperti pohon beringin.  Sebagaimana sejak dahulu, sekarang dan selamanya.

Syair ini bermakna ada kurban yang dipersembahkan untuk memulihkan hubungan antara manusia dan wujud tertinggi. 

Harapan agar wujud tertinggi dapat menutup mulut dan mengatup congor itu dalam kepercayaan orang Sikka jika wujud tertinggi terus membuka mulutnya maka akan selalu ada korban manusia. 

Sebagai penggantinya dipersembahkanlah babi. Masih banyak ritual lainnya yang menggunakan hewan babi sebagai kurban dengan syair adatnya masing-masing.

Di sisi lain, saya membaca beberapa sumber menyatakan bahwa secara genetik ternyata selain hewan simpanse,  babi memiliki hubungan genetik yang lebih dekat dengan manusia. 

Penelitian DNA menunjukkan bahwa tingkat kemiripan DNA (Deoxyribonucleic Acid) antara babi dan manusia berkisar antara 95-98 persen, tergantung pada spesiesnya. Meski demikian, manusia bukan keturunan babi.

Dari perspektif budaya dan kedekatan genetik itu, maka tepatlah pilihan mascot babi untuk NYD 3 di Keuskupan Maumere. 

Dengan harapan agar orang muda se-Keuskupan Maumere senantiasa berkorban demi keselamatan manusia, keutuhan ciptaan dan kemuliaan Tuhan.

Pada akhir tulisan ini, izinkanlah saya mengutip pesan Yang Mulia Mgr. Edwaldus Martinus Sedu saat sambutan pada acara launching NYD 3 di Gereja Katedral St. Yoseph Maumere sebagai berikut: pertama, Gereja bukanlah sekelompok orang semata. 

Katakan hanya milik uskup, imam dan biarawan-biarawati atau hanya milik orangtua atau orang-orang terpandang dalam kehidupan masyarakat. 

Saya mendorong adik-adik menjadi agen gerakan perubahan di tengah masyarakat dan dengannya menjadi motor penggerak kehidupan menggereja. 

Salib adalah bagian dari agenda perubahan dan pembaharuan yang senantiasa melekat dalam agen pastoral Orang Muda Katolik.

Kedua, bangkit dan bergerak dalam Kristus adalah seruan agar kita sekalian tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri, untuk menghadapi sejuta satu tantangan zaman modern ini.  

Revolusi zaman tentu juga menghasilkan hal positif dan negatif. Kita bukan kumpulan orang muda dalam kategori umum. 

Kita sekalian diinsprasi oleh Yesus Kristus sendiri. NYD 2026 adalah momentum istimewa dan kirab salib adalah pondasi OMK agar dapat berubah, bergerak dan berbuah.

Ketiga, kegiatan hari ini tidak boleh sekadar selebrasi belaka. Hanya perjumpaan sesaat tanpa ada gerakan lebih lanjut. Saya berharap kita tetap membangun komunikasi dengan dialog lintas batas. 

Kita membangun komunitas perjuangan orang muda di paroki masing-masing. 

Rumah keuskupan dan pastoran selalu terbuka untuk OMK, dalam kesempatan ini saya mengajak kita mensukseskan kegiatan NYD dengan menjadi tuan rumah yang baik dalam NYD ini. Tuhan memberkati. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Berita Terkini