Tokoh emansipasi wanita yang memperjuangkan hak setara bagi kaum hawa, terutama dalam pendidikan dan kesempatan hidup.
“Kartini mengajarkan bahwa perempuan berhak memperoleh kebebasan dan kesempatan yang sama. Dengan lomba ini, kami ingin memperlihatkan bahwa kesetaraan gender juga berarti saling memahami peran dan pengalaman satu sama lain,” tambah Sinlae.
Lenny Karsten, staf Disdikbud Kota Kupang yang turut menyaksikan, mengatakan bahwa permainan ini memberi ruang dialog santai tentang isu gender.
“Anak-anak jadi bertanya kenapa bapak-bapak pakai daster. Dari situ, kita bisa jelaskan bahwa semua pakaian hanyalah simbol. Yang terpenting adalah saling menghargai dan tidak merendahkan pekerjaan atau peran gender tertentu,” ujarnya sambil tersenyum.
Perayaan sederhana ini menjadi bukti bahwa pesan kesetaraan tidak selalu harus disampaikan melalui seminar atau pidato resmi.
Baca juga: Jelang HUT ke-80 RI, Kapolres TTS Bagi 100 Bendera Merah Putih ke Pengendara di Kota SoE
Terkadang, tawa lepas di tengah halaman kantor pun mampu mengingatkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak, martabat, dan kesempatan yang sama.
Seperti pesan Kartini, “Habis gelap terbitlah terang”, dan di halaman Disdikbud Kota Kupang, terang itu hadir dalam bentuk daster yang berkibar diiringi sorak-sorai warga.
Semangat kebersamaan ini diharapkan menjadikan Dinas Dikbud Kota Kupang sebagai motor penggerak emansipasi sekaligus teladan kota ramah anak di Kota Kupang.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS