Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Sabtu, 2 Juli 2025
Eusebius Vercelli
Petrus Yulianus Eymard
Hari Sabtu Imam
Im. 25:1,8-17; Mzm. 67:2-3,5,7-8; Mat. 14:1-12
Warna Liturgi Hijau
Kumandangkanlah Kebenaran
Suara kebenaran harus diperdengarkan dan dikumandangkan dalam situasi apa pun. Sebab, kebenaran dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih selaras dengan kehendak Tuhan. Ia pun akan semakin menghargai dan menghormati sesama.
Dengan berjalan dalam kebenaran, orang akan dijauhkan dari perasaan sakit hati, iri, dan dendam, sehingga ia tidak dikuasai oleh hal-hal yang negatif, melainkan dilandasi oleh kekuatan kasih Allah.
Namun, mengumandangkan suara kebenaran ada konsekuensinya. Yohanes mengalami hal itu, sebagaimana dikisahkan dengan sanga transparan dalam injil Matius (14: 1-12), pada hari ini. Yohatnes berani mengatakan salah sebagai salah dan benar sebagai benar. Ia berani dan terang-terangan mengkritik Herodes yang telah mengambil iparnya sendiri menjadi istrinya.
Menurut Yohanes, cara Herodes dan Herodias hidup bersama secara terbuka menghina hukum dari rakyat di mana mereka berada. Hukum Allah mengutuk apa yang mereka lakukan: “Bila seorang laki-laki mengambil isteri saudaranya, itu suatu kecemaran, karena ia melanggar hak saudaranya laki-laki...” (Imamat 20:21).
Yohanes melihat dirinya dalam peran kenabian. Ia menyatakan pernikahan itu dikutuk oleh Tuhan. Ia mengecam Herodes karena telah melakukan kesalahan yang sangat besar.
Kritikan dan kecaman Yohanes Pembaptis membuat Herodias marah dan menaruh dendam terhadapnya. Maka, untuk menenangkan istrinya, Herodes menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara.
Sebagai penguasa Romawi yang kuat, Herodes sebenarnya bisa saja mengeksekusi Yohanes Pembaptis, tetapi dia menghormati Yohanes sebagai orang benar yang mengatakan kebenaran dan memutuskan untuk tidak membunuhnya.
Herodes tertarik dengan Yohanes dan senang mendengarkan khotbah-khotbahnya. Sebaliknya, Herodias membenci Yohanes dan ingin agar dia mati (Mrk. 6:17-20). Sesungguhnya, Herodes menghormati dan takut kepada Yohanes Pembaptis sebagai nabi besar dan hamba Tuhan.
Namun, karena dorongan hati dan keinginan untuk menyenangkan Herodias serta tidak dapat menarik kembali sumpahnya yang diucapkan dengan tergesa-gesa di hadapan tamu-tamunya, dia mengirim algojonya untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis di penjara.
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus. Demikianlah, selalu dan sampai kapan pun suara kebenaran – bisa berupa seruan untuk menegakkan perdamaian, toleransi, dan kelestarian lingkungan hidup – akan selalu menemui tantangan, baik berupa penolakan maupun perlawanan.
Namun, karena berasal dari Allah, kebenaran akan tetap bergema apa pun yang terjadi. Kita pantas bersyukur, pada masa sekarang ini kita dapat menyuarakan kebenaran dengan leluasa sesuai dengan panggilan, tugas, dan pekerjaan kita.
Marilah memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya agar kualitas hidup masyarakat kita semakin meningkat, agar bangsa dan negara kita semakin maju dan jaya. Ajaklah sesama untuk mengasihi satu sama lain, hidup dalam damai, dan peduli terhadap kelestarian lingkungan. Semoga dengan demikian, setiap insan akan semakin merasakan kasih Allah dalam kehidupan yang membahagiakan ini.
Apaboleh buat, suara hati kalah oleh rasa malu, oleh ketelanjuran mengobral janji dan sumpah. Hendaklah kita tidak boleh berhenti untuk mengumandangkan kebenaran.