Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu
POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Uskup Labuan Bajo Monsinyur (MGR) Maksimus Regus menyerukan pentingnya perlindungan terhadap perempuan dan anak untuk mencegah kekerasan terhadap mereka. Maksimus berharap semua pihak dapa berkolaborasi melindungi perempuan dan anak.
Hal itu ia sampaikan Uskup Mgr Maksimus Regus saat mengunjungi Rumah Perlindungan JPIC SSpS Labuan Bajo, Minggu (1/6/2025), sekaligus menyerahkan bantuan sembako dan uang tunai kepada pengelola rumah perlindungan tersebut.
"Pentingnya solidaritas seluruh umat untuk terlibat dalam upaya perlindungan perempuan dan anak. Sebagai gereja dan masyarakat, kita tidak bisa diam. Kita harus menemukan cara-cara terbaik untuk saling mendukung, menghibur, dan berjalan bersama," ujar Mgr
Mgr Maksimus Regus mengaku pernah menginap di rumah perlindungan tersebut beberapa waktu lalu. Itu sebagai bentuk solidaritas dan dukungan nyata terhadap para korban kekerasan.
"Kami berterima kasih kepada para suster yang sudah menjadi perpanjangan tangan gereja. Apa yang kalian lakukan di sini, mungkin tidak bisa kami lakukan langsung, tetapi kami mendukung sepenuhnya," kata Mgr Maksimus Regus.
Baca juga: Gereja GMIT Berharap Penegak Hukum Berikan Keadilan bagi 24 Korban Pelecehan Seksual di Sabu Raijua
"Saya berharap semua penghuni rumah perlindungan ini untuk merasa bahwa rumah ini adalah milik mereka sendiri. Bukan sekadar tempat singgah, tetapi rumah di mana bisa merasa aman, saling mendukung, dan saling menguatkan," tambah Mgr Maksimus Regus.
Rumah Aman untuk Korban Kekerasan
Rumah Perlindungan JPIC SSpS merupakan shelter yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara bagi perempuan dan anak korban kekerasan, baik fisik, seksual, maupun bentuk kejahatan lainnya.
Rumah ini dirahasiakan lokasinya dan dijalankan sesuai standar perlindungan korban yang berlaku.
Baca juga: Polisi Tidak Masukkan Pasal Penggunaan Narkoba untuk Eks Kapolres Ngada AKBP Fajar Lukman
Koordinator JPIC SSpS Flores, Sr. Frederika Tanggu Hana, SSpS, menjelaskan bahwa rumah ini bukan sekadar tempat berlindung, tetapi juga ruang pemulihan mental dan emosional.
"Setiap ibu dan anak yang datang ke sini kami sambut sebagai keluarga. Ini bukan rumah milik suster, tapi rumah mereka," ungkap Sr. Frederika Tanggu Hana, sapaan akrabnya.
Sr. Frederika Tanggu Hana mengungkapkan bahwa trauma, ketakutan, dan kecemasan kerap mewarnai hari-hari pertama korban yang tinggal di shelter. Namun, berkat suasana kekeluargaan dan dukungan komunitas, mereka perlahan bangkit.
"Kami hidup bersama mereka. Kami bukan hanya mendampingi, tapi juga belajar merasakan luka dan harapan mereka. Kami tidak membeda-bedakan agama. Semua diterima di rumah ini. Kami juga rutin mengadakan rekoleksi sebagai bagian dari pemulihan batin," ujar Sr. Frederika Tanggu Hana.
Baca juga: Briptu MR, Oknum Satlantas Polresta Kupang Kota Minta Korban PS Peluk, Cium Hingga OS
Sr. Frederika Tanggu Hana juga menekankan pentingnya kerja sama berbagai pihak, termasuk sekolah-sekolah Katolik di bawah naungan YasukMabar agar turut memberikan perlindungan bagi anak ketika mereka kembali ke dunia pendidikan. (uka)